Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai
wilayah Sumatra. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan seorang
anak laki-laki yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keuangan
keluarga memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah di
negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas.
Seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan bahkan sudah berganti tahun,
ayah Malin Kundang tidak juga kembali ke kampung halamannya. Sehingga
ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin Kundang untuk mencari
nafkah.
Malin Kundang termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia
sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin
Kundang sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya
luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak
bisa hilang.
Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya
yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia
berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya
ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya
raya. Malin Kundang tertarik dengan ajakan seorang nakhoda kapal dagang
yang dulunya miskin sekarang sudah menjadi seorang yang kaya raya.
Lihatlah apa-apa yang bermanfaat bagimu, bacalah beberapa hal yang tertera di dalam blog ini.
Senin, 26 Agustus 2013
Sabtu, 06 Juli 2013
Perjalanan Tiada Penghujung
Aku
melangkah kaki menyusuli jalan-jalan yang berliku
Penuh dengan
duri berbisa
Sehingga
hatiku terluka terguris tanpa disedari
Aku teruskan
perjalanan ini
Walaupun
semakin aku berjalan, aku semakin jauh dari destinasi yg dituju
Ku cuba
kuatkan semangat
Hari semakin
kelam
Malam mula
menjelma
Aku masih
sendiri mencari arah
mencari arah
tujuan yang entah ke mana harus ku bawa diri
Kaki semakin
lemah
Badan
semakin lesu
Aku tiada
upaya meneruskan perjalanan
Sudah berapa
kali aku jatuh tersungkur
Ku pujuk
hati bangkit perlahan-lahan
Meneruskan
perjalanan yg tiada penghujungnya ini
Terlalu jauh
perjalanan ini ku lalui
Hati semakin
rasa siksanya
Tapi aku
tidak lupa berdoa pada Illahi
Berikan aku
kekuatan
Smooga masih
ada sisa²-sisa semangat juang
Untuk ku teruskan
hingga ke noktah terakhir
Aku percaya
Ada sesuatu
menantiku
Aku terus
bersabar, walaupun ku sendirian
Tanpa teman
bicara
Tanpa
sahabat meluah kata
Hanya pada
Allah tempat aku mengadu
Smoga ada
benih kejayaan menantiku dihadapan
Langganan:
Postingan (Atom)