Cinta adalah sebuah kata yang
mungkin mudah untuk diucapkan namun sulit didefinisikan dengan benar, sebagian
orang berpendapat bahwa ketika cinta itu didefinisikan, maka
keterangan-keterangan pada dasarnya bukanlah tentang cinta itu sendiri.
Ketika seseorang
ditanya, apa itu cinta??? Dia hanya
menjawab: “Kau akan menyaksikannya hari ini, lusa atau besok”...Lalu yang
terjadi kemudian, hari ini lehernya dipenggal, besok jasadnya digantung dan
lusa abunya ditebarkan,yang berarti cinta adalah kematian, demikian kita
mendengar dari sosok majnun sang pecinta Laila.
Cinta baginya tidak lain
merupakan kegilaan, itulah sebabnya ia disebut “Majnun”. Atau Sang GILA... Begitu
pun Dalam kisah Romeo dan Juliet, cinta dalam kisah ini
dilukiskan sebagai kehidupan.
Cinta adalah sesuatu yang
mampu memberi sayap sayap hidup sehingga menumbuhkan kembali unggas yang sudah
mati akibat tertekan. Demikianlah cinta adalah sesuatu kata
yang melahirkan keterangan yang berbeda ketika dicoba untuk dimaknai. Cinta seolah menjadi kata yang tidak dapat didefinisikan
dalam makna sejatinya.
Semua ekspresi
tentang cinta hanyalah berupa
penampilan zahir atau fisik yang muncul dari suatu tekanan yang dipaksa untuk
dimaknai. Akan tetapi, sering kali kita berkata tentang cinta. Begitu mudahnya kita mengucap dan mengobral kata cinta.
Bahkan, setiap orang mengakui
adanya cinta dalam dirinya :
Pecinta mencintai kekasihnya, suami mencintai istrinya, Orang tua mencinta
anaknya dan lainnya.
Cinta sesungguhnya
merupakan hal yg niscaya pada manusia. Bahkan, cinta telah menjadi suatu
kekuatan individu yang mampu mengubah segalanya. Dengan cinta. Manusia
terdorong untuk berbuat sesuatu yang positif yang dalam keadaan biasa boleh
jadi dia tidak dapat melakukan nya.
Tapi dengan cinta
pula manusia terdorong untuk
berbuat sesuatu yang negative, sehingga cinta telah menjadi sumber
bagi terciptanya perilaku. Disini pangkal permasalahannya..!! Jika cinta hanya mengacu orang untuk berbuat kebajikan, tentu
tidak ada persoalan. Namun jeleknya cinta juga bias
menggiringmanusia kearah keburukan.
Disamping cinta
dapat menyebabkan seseorang untuk
melakukan perbuatan terpuji, juga dapat menyebabkan seseorang untuk bertindak
keji. Bahkan dorongan kearah keburukan ini sering kali dirasa lebih kuat dibanding
kearah kebaikan, lantaran jalan yang terhampar lebih luas dan lebih mudah untuk
dilalui, serta biasanya menjanjikan kenikmatan sensual.
Dalam islam, kita
meyakini bahwa cinta yg dapat mengarahkan orang kepada kebaikan adalah Cinta
kepada Sang pencipta yaitu Allah.
Sementara cinta yang tidak ditujukan kepada atau bukan karna allah, pastilah
dapat mendatangkan keburukan.
Cinta terhadap dunia semata
akan mengakibatkan pengaruh yang buruk yang ditimbulkannya, sebagian ulama
menganggap dunia merupakan symbol dari keburukan. Dunia merupakan Antitesis
dari akhirat.
Imam al-ghazali
mengibaratkan dunia dan akhirat ibarat timur dan barat, jika seseorang
cenderung pada salah satunya, ia akan menjauh dari lainnya. Dunia dan akhirat
juga diumpamakan sebagai dua wanita yang dimadu, jika dia cenderung kepada
salah satunya, maka yang lainnya akan kecewa.
Dapatnya dunia
dianggap sebagai symbol keburukan ini tidak terlepas dari fakta bahwa dunia
menyimpan banyak hal yang dapat menjerumuskan orang kedalam kelalaian, kemaksiatan
dan dosa.
Didalam Al-quran Allah SWT berfirman :
“Ketahuilah,
bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanya permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah megah antara kamu serta berbangga-bangga
tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam tanaman nya
mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat
warnanya berwarna kuning, kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (Nanti) ada
azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia
ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”(Q.S.57:20).
Kalau kita lihat
secara gamblang ayat ini, Allah memberitahukan kepada kita bahwa kehidupan ini
dan kenikmatan tipu dayanya dapat dengan mudah menjerumuskan manusia kearah keburukan
sehingga melalaikan manusia dari beribadah kepadaNya,dan kepada-Nya lah sgala
amal perbuatan dikembalikan, lalu bagaimana kita dapat mencintai dunia??
sedangkan tipu dayanya begitu kuat.
Bukankah cinta
adalah hal yang sangat alami
terjadi pada manusia, dan merupakan kodrat kemanusiaan yang dianugrahkan oleh
Ilahi?? Bukankah kita mencintai istri-istri kita, keluarga kita, orang tua
kita, harta benda kita yang smuanya itu merupakan bagian dari kehidupan Dunia??
Jawabannya
adalah sederhana, Selalu mengaitkan segala bentuk kencintaan kita terhadap
sesuatu hanya untuk mengharap keridhoan Allah, namun tentunya bentuk Cinta
itu sendiri harus dilandasi dengan Syariat yang
diperbolehkan, jangan sampai kita mencintai sesuatu yang dibenci Allah tetapi
kita berniat mencari keridhoan Allah SWT, ya tentunya pasti ditolak oleh Allah
SWT.
Namun terkadang kita lupa akan hakikat itu semua,kita terlalu asik
berkubang dengan masalah dunia dan tipu dayanya, sehingga masalah akhirat dan
kecintaan kita kepada allah kita kesampingkan begitu saja, mungkin karna lupa,
lalai atau kita tak mau peduli dan mengacuhkan smua tanda tanda dan peringatan
yang sudah ada juga terlalu tenggelam dalam tipu daya dunia.
Namun semua belum telambat untuk disadari “untuk apa kita hidup’’, dan
bagaimanakah seharusnya kita hidup’’.
Mencintai dunia dengan segala kekurangannya atw mengabdi kepada sang
Pencipta dengan segala perintahnya sehingga kita bukan termasuk orang-orang
yang menduakan Allah dengan cinta kepada dunia.
Ingatlah bahwa kita akan kembali kepada Allah dan kepadanya jualah kita
akan mempertanggung jawabkan segala amal perbuatan kita kelak.