Senin, 31 Desember 2012

MEMBEKU


Hari-hari ku lewati tanpa tepi
Menerjang ombak dikala pagi
Berhembus nafas yang tak berarti
Bagaikan angin yang menerpa tebing

Mengikis asa yang telah pergi
Meninggalkan sejuta mimpi yang meninggi
Seperti burung yang terus terbang menembus langit
Meninggalkan musim yang mulai berganti

Sejenak hati merasa letih
Mendengar ucapan yang tak ku mengerti
Perlahan tanganku mengelus dada ini
Untuk mendapat rasa sabarnya hari ini

Waktu yang dinanti telah hadir disini
Menanti untuk mendengarkan sebuah keputusan yang pahit
Terucap kata yang tak semestinya terjadi
Membuat hati terasa membeku dan mati




MERENUNG


Pagi ini ku sendiri
Melihat awan yang tak kunjung berhenti
Pagi ini ku menyendiri
Mengenang masa yang telah pergi

Kini ...
Usai sudah perjalanan ini
Perjalanan yang dulu bersemi indah
Kini telah hilang sudah

Kekecewaan melanda saat hati mulai bersemi
Sekejap hilang hati yang ada di sini
Merana karena hati yang tersakiti
Oleh cinta yang dulu bersemi

Kini ...
Usai sudah perjalanan ini
Perjalanan yang dulu bersemi indah
Kini telah hilang sudah

Selamat jalan kasihku
Selamat jalan untuk semua kenangan yang dulu pernah ada di hati.




Minggu, 23 Desember 2012

Mari Bicara Tentang Cinta



Cinta adalah sebuah kata yang mungkin mudah untuk diucapkan namun sulit didefinisikan dengan benar, sebagian orang berpendapat bahwa ketika cinta itu didefinisikan, maka keterangan-keterangan pada dasarnya bukanlah tentang cinta itu sendiri.
Ketika seseorang ditanya, apa itu cinta??? Dia hanya menjawab: “Kau akan menyaksikannya hari ini, lusa atau besok”...Lalu yang terjadi kemudian, hari ini lehernya dipenggal, besok jasadnya digantung dan lusa abunya ditebarkan,yang berarti cinta adalah kematian, demikian kita mendengar dari sosok majnun sang pecinta Laila.
Cinta baginya tidak lain merupakan kegilaan, itulah sebabnya ia disebut “Majnun”. Atau Sang GILA... Begitu pun Dalam kisah Romeo dan Juliet, cinta dalam kisah ini dilukiskan sebagai kehidupan.
Cinta adalah sesuatu yang mampu memberi sayap sayap hidup sehingga menumbuhkan kembali unggas yang sudah mati akibat tertekan. Demikianlah cinta adalah sesuatu kata yang melahirkan keterangan yang berbeda ketika dicoba untuk dimaknai. Cinta seolah menjadi kata yang tidak dapat didefinisikan dalam makna sejatinya.
Semua ekspresi tentang cinta hanyalah berupa penampilan zahir atau fisik yang muncul dari suatu tekanan yang dipaksa untuk dimaknai. Akan tetapi, sering kali kita berkata tentang cinta. Begitu mudahnya kita mengucap dan mengobral kata cinta. Bahkan, setiap orang mengakui adanya cinta dalam dirinya : Pecinta mencintai kekasihnya, suami mencintai istrinya, Orang tua mencinta anaknya dan lainnya.
Cinta sesungguhnya merupakan hal yg niscaya pada manusia. Bahkan, cinta telah menjadi suatu kekuatan individu yang mampu mengubah segalanya. Dengan cinta. Manusia terdorong untuk berbuat sesuatu yang positif yang dalam keadaan biasa boleh jadi dia tidak dapat melakukan nya.
Tapi dengan cinta pula manusia terdorong untuk berbuat sesuatu yang negative, sehingga cinta telah menjadi sumber bagi terciptanya perilaku. Disini pangkal permasalahannya..!! Jika cinta hanya mengacu orang untuk berbuat kebajikan, tentu tidak ada persoalan. Namun jeleknya cinta juga bias menggiringmanusia kearah keburukan.
Disamping cinta dapat menyebabkan seseorang untuk melakukan perbuatan terpuji, juga dapat menyebabkan seseorang untuk bertindak keji. Bahkan dorongan kearah keburukan ini sering kali dirasa lebih kuat dibanding kearah kebaikan, lantaran jalan yang terhampar lebih luas dan lebih mudah untuk dilalui, serta biasanya menjanjikan kenikmatan sensual.
Dalam islam, kita meyakini bahwa cinta yg dapat mengarahkan orang kepada kebaikan adalah Cinta kepada Sang pencipta yaitu Allah. Sementara cinta yang tidak ditujukan kepada atau bukan karna allah, pastilah dapat mendatangkan keburukan.
Cinta terhadap dunia semata akan mengakibatkan pengaruh yang buruk yang ditimbulkannya, sebagian ulama menganggap dunia merupakan symbol dari keburukan. Dunia merupakan Antitesis dari akhirat.
Imam al-ghazali mengibaratkan dunia dan akhirat ibarat timur dan barat, jika seseorang cenderung pada salah satunya, ia akan menjauh dari lainnya. Dunia dan akhirat juga diumpamakan sebagai dua wanita yang dimadu, jika dia cenderung kepada salah satunya, maka yang lainnya akan kecewa.
Dapatnya dunia dianggap sebagai symbol keburukan ini tidak terlepas dari fakta bahwa dunia menyimpan banyak hal yang dapat menjerumuskan orang kedalam kelalaian, kemaksiatan dan dosa.
Didalam Al-quran Allah SWT berfirman :
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanya permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam tanaman nya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya berwarna kuning, kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (Nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”(Q.S.57:20).

Kalau kita lihat secara gamblang ayat ini, Allah memberitahukan kepada kita bahwa kehidupan ini dan kenikmatan tipu dayanya dapat dengan mudah menjerumuskan manusia kearah keburukan sehingga melalaikan manusia dari beribadah kepadaNya,dan kepada-Nya lah sgala amal perbuatan dikembalikan, lalu bagaimana kita dapat mencintai dunia?? sedangkan tipu dayanya begitu kuat.
Bukankah cinta adalah hal yang sangat alami terjadi pada manusia, dan merupakan kodrat kemanusiaan yang dianugrahkan oleh Ilahi?? Bukankah kita mencintai istri-istri kita, keluarga kita, orang tua kita, harta benda kita yang smuanya itu merupakan bagian dari kehidupan Dunia??
Jawabannya adalah sederhana, Selalu mengaitkan segala bentuk kencintaan kita terhadap sesuatu hanya untuk mengharap keridhoan Allah, namun tentunya bentuk Cinta itu sendiri harus dilandasi dengan Syariat yang diperbolehkan, jangan sampai kita mencintai sesuatu yang dibenci Allah tetapi kita berniat mencari keridhoan Allah SWT, ya tentunya pasti ditolak oleh Allah SWT.

Namun terkadang kita lupa akan hakikat itu semua,kita terlalu asik berkubang dengan masalah dunia dan tipu dayanya, sehingga masalah akhirat dan kecintaan kita kepada allah kita kesampingkan begitu saja, mungkin karna lupa, lalai atau kita tak mau peduli dan mengacuhkan smua tanda tanda dan peringatan yang sudah ada juga terlalu tenggelam dalam tipu daya dunia.
Namun semua belum telambat untuk disadari “untuk apa kita hidup’’, dan bagaimanakah seharusnya kita hidup’’.
Mencintai dunia dengan segala kekurangannya atw mengabdi kepada sang Pencipta dengan segala perintahnya sehingga kita bukan termasuk orang-orang yang menduakan Allah dengan cinta kepada dunia.

Ingatlah bahwa kita akan kembali kepada Allah dan kepadanya jualah kita akan mempertanggung jawabkan segala amal perbuatan kita kelak.