Tampilkan postingan dengan label pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pendidikan. Tampilkan semua postingan

Senin, 07 Januari 2013

Sejarah Pancasila

SEJARAH PANCASILA
1. Masa Kerajaan
Sejarah Indonesia selalu menyebut bahwa ada dua kerajaan besar yang melambangkan kemegahan dan kejayaan Indonesia Masa Purba, yaitu Sriwijaya dan Majapahit.
2. Masa Penjajahan dan Perlawanan terhadap Penjajahan
Pada mulanya para imperialis hanya ingin mencari bahan mentah untuk industri. Namun, imperialisme ini akhirnya menimbulkan “Politik Penghisapan” daerah jajahan sehingga menimbulkan pemberontakan penduduk pribumi.
3. Kebangkitan Nasional
Perkembangan pendidikan di Indonesia sebagai akibat dari politik etis telah menimbulkan perubahan besar bagi sebagian rakyat Indonesia atau lebih tepatnya mengarah pada kesadaran nasional.
4. Sumpah Pemuda
Pada kongres II 26 – 28 Oktober 1928 PPPI telah memperoleh pengakuan yang bulat untuk semua golongan, yaitu keinsyafan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa sebagai cermin tertanamnya Indonesia bersatu (“Sumpah Pemuda”).
5. Penjajahan Jepang
Setelah berhasil mengambil alih kedudukan Belanda (KNIL) dimulailah kekuasaan Jepang di Indonesia, mereka masuk ke Indonesia dengan propaganda yang biasa disebut “3A”.
Sidang Pertama BPUPKI (28 Mei – 1 Juni 1945)
.
* Isi Pidato Mr. Muh.Yamin, berisi rancangan dasar Negara, yaitu :
1. Peri kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
* Isi Pidato Mr.Soepomo, berisi aliran pikiran tentang Negara, yaitu :
1. Aliran Pikiran Perseorangan (Individualis)
2. Aliran Teori Golongan (Class Theory)
3. Aliran Teori Integralistik
* Isi Pidato Ir.Soekarno, berisi dasar Indonesia merdeka, yaitu :
1. Kebangsaan (Nasionalisme)
2. Kemanusiaan (Internasionalisme)
3. Musyawarah, mufakat, perwakilan
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan
* Sidang Kedua BPUPKI (10 – 16 Juli 1945)
Ir.Soekarno diminta menjelaskan tentang kesepakatan tanggal 22 Juni 1945 (Piagam Jakarta). Selanjutnya dibicarakan materi tentang undang-undang dasar dan penjelasannya, serta susunan pemerintahan Negara oleh Mr. Soepomo.
6. Pembentukan PPKI dan Proklamasi Kemerdekaan
Pada tanggal 9 Agustus 1945 dibentuk PPKI yang pada awalnya merupakan bentukan Jepang.
  1. Proklamasi Kemerdekaan
Pada tanggal 17 Agustus 1945 atas nama bangsa Indonesia Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
  1. Sidang Pertama PPKI
Agenda acara sidang ini adalah pengesahan Undang-Undang Dasar Negara RI, pengangkatan presiden dan wakil presiden dan pembentukan KNIP.

Minggu, 06 Januari 2013

Gejala Psikologi

A.  Gejala Psikologi 

Setiap orang mempunyai sisi
psikologis dimana sisi ini berdampak pada hal-hal tindakannya. Atau bisa
disebut gejala jiwa.  Dalam pendidikan pun gejala jiwa manusia yang
mendasar banyak muncul. Gejala jiwa tersebut akan mempengaruhi berbagai
perilaku  manusia, baik perilaku pendidik maupun perilaku peserta didik
atau siswa. Dalam tulisan ini akan dibahas bagaimana gejala jiwa tersebut
mempengaruhi kemampuan belajar siswa.
Gejala jiwa yang ada pada
diri manusia sangat mempengaruhi perilakunya. Tidak terlepas dalam dunia
pendidikan yaitu pada pendidik maupun peserta didik (dalam tulisan ini hanya
membahas peserta didik).
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa, Gejala
Psikologi yaitu proses perubahan perilaku manusia dalam kehidupannya.

B.  Bentuk-bentuk Gejala Psikologi Siswa Dalam Belajar
Dalam psikologi terdapat berbagai gejala-gejala
yang berhubungan dengan kegiatan belajar siswa, diantaranya:
1.   Pengindraan/sensasi dan
persepsi
      a.   Pengindraan                    
          Kemampuan otak untuk menerjemahkan
stimulus seorang anak satu sama lain berbeda-beda, tidak semua stimulus dapat
diindra. Begitu pelajaran yang disampaikan guru tidak semua bisa ditangkap oleh
siswa, persepsi pun akan berlainan. Hal ini juga mempengaruhi kemampuan
belajar.

Definisi penginderaan (sensation) menurut Wundt adalah penangkapan terhadap
rangsang-rangsang dari luar dan dapat dianalisa sampai elemen-elemen yang
terkecil.Penginderaan meliputi :

      1).  Penglihatan
                  Alat penglihatan utama adalah
mata. Rangsang berupa gelombang cahaya masuk ke dalam bola mata melalui
bagian-bagian mata. Prosesnya cahaya masuk ke retina diteruskan berupa impuls
menuju ke syaraf (otak) sehingga  objek
dapat terlihat.
      2).  Pendengaran
                  Alat pendengaran utama adalah
telinga. Rangsang berupa gelombang suara masuk ke dalam telinga melalui
bagian-bagian alat pendengaran.Gelombang suara merambat melalui 3 media, yaitu
udara, benda padat/tulang, cairan/endolymphe
Bila seseorang tidak
dapat mendengar, maka ada kemungkinan kerusakan pada pusat pendengaran yang
menyebabkan gangguan fungsi intelek atau pada salah satu alat tempat
berjalannya/penerus rangsang (conductive deafness) yang tidak ada hubungannya
dengan fungsi intelek.
3).  Pengecap
            Alat pengecap utama adalah lidah. Rangsang berupa larutan
cairan melalui lidah (lingua) dan rongga mulut (cavumroris). Prosesnya adalah
larutan/cairan diterima lidah masuk ke rongga mulut diteruskan nervus ke-9
menuju gyrus centralis posterior (pusat sensibilitas di kulit otak). Reseptor
pada lidah ada 4 jenis penerima rangsang, yaitu : rasa manis, pahit, asin dan
asam.
      4).  Pembau
                  Alat pembau utama adalah
hidung.  Rangsang berupa
hawa/udara/bau melalui udara menuju ke reseptor yang ada di rongga hidung
(cavum nasalis). Prosesnya adalah bau diterima oleh rongga hidung diteruskan
oleh nervus ke-1 (saraf pembau) menuju gyrus centralis posterior (pusat
sensibilitas di kulit otak).
5).  Perabaan
            Alat
perabaan utama adalah kulit. Rangsang yang diterima tubuh manusia dapat berupa
rangsang : mekanis, thermis, chemis, elektris, suara, cahaya. Perabaan adalah
ransang mekanis ringan pada bagian permukaan tubuh, khususnya yang tidak
berambut seperti telapak kaki, bibir,dll. Reseptornya adalah corpuscula
meissner dan corpuscula pacini.
b.      Persepsi
      Persepsi adalah sebuah proses saat ataupun kimiawi yang mengenai alat indra. individu
mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan
arti bagi lingkungan mereka. Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka
tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri.
Contoh persepsi
misalnya meja yang terasa kasar, yang berarti sebuah sensasi dari rabaan
terhadap meja.
2.   Memori, ingatan, dan lupa
            Setiap hari kita memilki banyak aktivitas,
berbagai informasi kita peroleh setiap harinya. Untuk memunculkan kembali
informasi-informasi tersebut terkait dengan kerja memori atau otak. Dalam
kenyataan, kemampuan otak manusia berbeda-beda. Siswapun seperti itu. Kemampuan
otak untuk memasukkan, menyimpan,  memunculkan kembali informasi yang
didapatkan (pelajaran misalnya) mempengaruhi kemampuan belajar si anak
tersebut.
   a.      Memori
            Memori merupakan simpanan informasi
- informasi yang diperoleh dan diserap dari lingkungan yang kemudian diolah
sesuai dengan individu yang bersangkutan. Memory juga merupakan suatu proses biologi, yakni informasi diberi
kode dan dipanggil kembali. Pada dasarnya juga memory adalah sesuatu yang
membentuk jati diri manusia dan membedakan manusia dari mahluk hidup lainnya.
Memory memberi manusia kemampuan mengingat masa lalu, dan perkiraan pada masa
depan. Memory merupakan kumpulan reaksi elektrokimia yang rumit yang diaktifkan
melalui beragam saluran indrawi dan disimpan dalam jaringan syaraf yang sangat
rumit dan unik di seluruh bagian otak. Memory yang sifatnya dinamis ini terus
berubah dan berkembang sejalan dengan bertambahnya informasi yang disimpan. Secara umum usaha-usaha untuk meningkatkan
kemampuan memori harus memenuhi tiga ketentuan sebagai berikut:
1).  Proses memori bukanlah suatu
usaha yang mudah. Mekanisme dalam proses mengingat sangat membantu organisme
dalam menghadapi berbagai persoalan sehari-hari. Seseorang dikatakan “belajar
dari pengalaman” karena ia mampu menggunakan berbagai informasi yang telah
diterimanya di masa lalu untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya
saat ini.
2).  Bahan-bahan yang akan diingat
harus berhubungan. Memori sangat dibantu bila informasi yang dipelajari
mempunyai kaitan dengan hal-hasl yang sudah dikenal sebelumnya. Konteks dapat
berupa peristiwa, tempat, nama sesuatu, perasaan tertentu dan lain-lain.
Konteks ini memberikan retrievel cues atau karena itu mempermudah recognition.
3).  Proses memori memerlukan organisasi. Salah satu pengorganisasian
informasi yang sangat dikenal adalah memori. Informasi diorganisasi sedemikian
rupa (dihubungkan dengan hal-hal yang sudah dikenal) sehingga informasi yang
kompleks mudah untuk diingat kembali.

            b.   Ingatan
            Secara sederhana,
Irwanto (1999) mendefinisikan ingatan sebagai kemampuan untuk menyimpan
informasi sehingga dapat digunakan lagi di masa yang akan datang. Galotti
(2004) mendefinisikan memori sebagai suatu proses kognitif yang terdiri atas
serangkaian proses, yakni : penyimpanan (storage), retensi, dan 
pengumpulan informasi (information gathering).
c.   Lupa
            Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau
memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Gulo (1982)
dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau
mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Jadi lupa bukanlah
peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
Faktor-faktor Penyebab Lupa :
a.   Lupa
dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi
yang ada dalam sistem memori.
b.   Lupa
dapat terjadi pada karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik
sengaja ataupun tidak. Penekanan ini dapat terjadi karena item informasi yang
berupa pengetahuan tanggapan atau kesan dan sebagainya yang diterima siswa
kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya sehingga ke alam
ketidaksadaran.
c.   Lupa
dapat terjadi karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan
waktu mengingat kembali (Andreson 1990).
     Contoh lupa ini
sering terjadi pada siswa (kita) yang menerapkan metode belajar SKS (Sistem Kebut Semalam) Kita belajar ngebut malam ini,
memasukkan semua pelajaran dalam sekali kunyah kedalam otak. Nah, ketika tes
keesokan harinya, apa yang telah diingat dan pelajari (walaupun pelajaran
minggu lalu) bisa hilang, diakibatkan dari apa yang telah kita pelajari semalam.
d.   Lupa
dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat terhadap proses dan situasi
belajar tertentu..
e.   Lupa
dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah
digunakan atau dihafalkan (Hilgard & Bower 1975)
f.    Lupa
dapat tejadi karena perubahan urat syaraf otak.

3.   Berfikir
                  Pemecahan
masalah merupakan  bagian dari proses berpikir.
Sering dianggap merupakan proses paling kompleks di antara semua fungsi kecerdasan, pemecahan
masalah telah didefinisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan
modulasi dan kontrol lebih dari keterampilan-keterampilan rutin atau dasar.
Proses ini terjadi jika suatu organisme atau sistem kecerdasan buatan tidak mengetahui bagaimana untuk
bergerak dari suatu kondisi awal menuju kondisi yang dituju. Berfikir kreatif
sangat berperan dalam pemecahan masalah. [5]Menurut
Graham Wallas (dalam Morgan, at al. 1989), proses berfikir kreatif meliputi
lima tahap, yaitu Persiapan (Preparation), Inkubasi (Incubation), Iluminasi
(Ilumation), Evaluasi (Evaluation), Revisi (Revision). 4.        Intelegensi
            Setelah
kita membahas tentang berpikir, maka kaitan dengan masalah berpikir adalah
inteligensi. Secara umum inteligensi adalah kesanggupan untuk berpikir. Ada
beberapa pendapat tentang pengertian inteligensi. 
a.   William Stern mengatakan, bahwa inteligensi
adalah kesanggupan jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan situasi-situasi
baru.
b.      V. Hees, bahwa inteligensi
adalah sifat kcerdasan jiwa.
c.       Terman mengatakan, inteligensi
adalah kesanggupan untuk belajar secara abstrak.
d.      Binet mengatakan bahwa 
inteligensi meliputi pengertian penemuan sesuatu yang baru, ketetapan hati dan
pengertian diri sendiri.
e.       Staedworth mengatakan
inteligensi ada 3 aspek yaitu pengenalan sesuatu yang penting, penyusunan diri
dengan situasi baru dan ingatan.
f.       Wittherington mengatakan,
inteligensi adalah suatu konsep, suatu pengertian.
g.      Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk
bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi
lingkungannya secara efektif. 
Dari
berbagai definisi intelegensi yang dikemukakan oleh ahli-ahli yang
berbeda-beda, para ahli sepakat memandang intelegensi sebagai kemampuan berfiki
seseorang. Yaitu dalam menyesuaikan diri, belajar, atau berpikir abstrak.
Intelegensi juga mempengeruhi kemampuan belajar seseorang.
Secara
garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental
yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi
tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai
tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
5.   Emosi
                  Istilah emosi menurut Daniel
Goleman (1995), seorang pakar kecerdasan emosional, yang diambil dari Oxford
English Dictionary memaknai emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan
pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap.Atau dapat kita
pahami bahwa emosi itu merupakan suatu gejolak atau rasa yang terjadi dalam hati/perasaan
yang terjadi karena ada suatu rangsangan yang diberikan pada saat kita dalam
keadaan mental yang hebat

.     Motivasi
            Motivasi adalah
keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu. Motivasi boleh jadi timbul dari rangsangan luar,
seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan
baik. Motivasi semacam ini sering disebut motivasi ekstrensik. Tetapi tidak
jarang pula motivasi tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang disebut
motivasi intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar membaca karena dia
memang ingin mengetahui lebih dalam tentang sesuatu. 
            Menurut Baron
(1992), Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan
perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi,
terarah, dan bertahan lama.  Kekuatan yang memberikan energi dan
mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan. Keadaan internal yang mendorong,
mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Berikut adalah pengertian motivasi
dari berbagai perspektif dalam psikologi.
            Dalam konteks
belajar, motivasi intrinsik tentu selalu lebih baik, dan biasanya berjangka
panjang. Tetapi dalam keadaan motivasi intrinsik tidak cukup potensial pada
subjek didik, pendidik perlu menyiasati hadirnya motivasi-motivasi ekstrinsik.
Motivasi ini, umpamanya, bisa dihadirkan melalui penciptaan suasana kompetitif
di antara individu maupun kelompok subjek didik. Suasana ini akan mendorong
subjek didik untuk berjuang atau berlomba melebihi yang lain.Namun demikian,
pendidik harus memonitor suasana ini secara ketat agar tidak mengarah kepada
hal-hal yang negatif.
            Motivasi
ekstrinsik bisa juga dihadirkan melalui siasat “self competition”, yakni
menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik. Melalui grafik ini,
setiap subjek didik dapat melihat kemajuan-kemajuannya sendiri. Dan sekaligus
membandingkannya dengan kemajuan yang dicapai teman-temannya.Dengan melihat
grafik ini, subjek didik akan terdorong untuk meningkatkan prestasinya supaya
tidak berada di bawah prestasi orang lain. 
      Jenis-jenis Motivasi
a.       Motivasi Intrinsik
            Motivasi intrinsik adalah
motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu
sendiri), motivasi yang didasarkan pada sebuah ‘nilai’ dari kegiatan yang
dilakukan tanpa melihat penghargaan dari luar. Misalnya: Murid mungkin belajar
menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu
sendiri. Ada 2
jenis motivasi intrinsik:
1).  Determinasi diri
            Dalam pandangan
ini, murid ingin percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri,
bukan karena kesuksesan atau imbalan eksternal. Disini, motivasi internal dan
minat intrinsik dalam tugas sekolah naik apabila murid punya pilihan dan
peluang untuk mengambil tanggung jawab personal atas pembelajaran mereka.          
2).  Pilihan personal
            Pengalaman optimal
ini berupa perasaan senang dan bahagia yang besar. Pengalaman optimal ini
kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu menguasai dan berkonsentrasi penuh
saat melakukan suatu aktivitas. Pengalaman optimal ini terjadi ketika individu
terlibat dalam tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi juga
tidak terlalu mudah.
b.      Motivasi Ekstrinsik 
            Motivasi ekstrinsik
adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk
mencapai tujuan). Motivasi entrinsik ini sering dipengaruhi oleh insentif
eksternal seperti imbalan (reward) dan hukuman. Imbalan eksternal dapat berguna
untuk mengubah perilaku. Fungsi imbalan adalah sebagai insentif agar mau mengerjakan
tugas, di mana tujuannya adalah mengontrol perilaku murid. Contohnya : guru
memberi reward permen kalau murid bisa menjawab pertanyaan dengan baik. Tetapi
tentu kita juga menginginkan motivasi siswa adalah motivasi yang memang berasal
dari dirinya sendiri (intrinsik), hal ini bisa dilakukan dengan cara memberikan
hadiah yang mengandung informasi tentang kemampuan murid sehingga motivasi
instrinsik dapat meningkat, kenapa? Karena dengan memberikan pujian dapat juga
meningkatkan perasaan bahwa diri mereka kompeten.


PERBEDAAN INDIVIDU SISWA 
DALAM BELAJAR DAN MENGINGAT
A.     Perbedaan
individu
1. Pengertian 
Pada dasarnya tiap individumerupakan satu kesatuan, yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Perbedaan itu dapat dilihat daridua segi, yakni horizontaldan vertical. Perbedaan segi horizontal adalah perbedaan individudalam
aspek mental, seperti tingkat kesadaran, bakat, minat, ingatan, emosi,
dan sebagainya. Perbedaan vertikal adalah perbedaan individu dalam aspek
jasmaniah, seperti: bentuk, tinggi dan besarnya badan, tenaga, dan sebagainya.
Masing-masing aspek individu tersebut besarpengaruhnya terhadap kegiatan dan keberhasilan
belajar.
Perbedaan individualdisebabkan oleh dua faktor, ialah faktor keturunan atau bawaan kelahiran,
dan faktor pengaruh lingkungan. Kedua faktor ini memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan siswa/peserta didik. Mungkin salah satu factorada yang lebih dominan, namun tetap kedua
faktor tersebut masing-masing berpengaruh, dan pada gilirannya ternyata tidak
ada dua individu yang sama.
2.
Jenis-jenis Perbedaan individual
Perbedaan individual menyangkut dengan berbagai aspek yang
masing-masing memilki ciri-ciri tertentu;
a.       Kecerdasan, siswa yang kurang
cerdas menunjukkan ciri-ciri belajar lebih lamban, memerlukan banyak latihan,
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk maju, tidak mampu melakukan abstraksi.
Siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi pada umumnya memilki
perhatian yang lebih baik, belajar lebih cepat, kurang memerlukan latihan,
mampu menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu yang singkat, mampu menarik
kesimpulan dan melakukan abstraksi;
b.      Bakat (aptitude), bakat mempengaruhi perkembangan individu. Untuk mengetahui bakat
itu perlu diadakan tes bakat (aptitude test) pada waktu mereka mulai bersekolah. Bakat turut menentukan
perbedaan hasil belajar, sikap, minat, dan lain-lain;
c.       Keadaan Jasmani, keadaan
jasmani tiap siswa berbeda-beda. Perbedaan itu terdapat pada struktur badan
(tinggi, berat, dan koordinasi anggota badan), cacat badan (gangguan pada
penglihatan, sakit menahun, mudah pusing kepala, dan lain-lain), gangguan
penyakit tertentu. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi efisiensi dan kegairahan
belajar, mudah lelah, kurang berminat melakukan berbagai kegiatan, dan akan
mempengaruhi hasil belajar;
d.      Penyesuaian Sosial dan
Emosional, keadaan sosial dan emosi individu berbeda antara satu dengan yang
lainnya. Berbagai sikap sosial dan emosional, adalah pendiam, pemberang,
pemalu, pemberani, mudah bereaksi, senang bekerjasama, suka mengasingkan diri,
mudah terpengaruh, sensitif, sedang
menggatungkan diri kepada orang lain. Tingkah laku sosial dan emosional ini
dapat berubah sesuai dengan kondisi dan situasi sekitarnya. Keadaan ini besar
pengaruhnya terhadap kegiatan dan keberhasilan belajar siswa;
e.       Keadaan Keluarga, keadaan
keluarga besar pengaruhnya terhadap individu, dan oleh karenanya terjadi
perbedaan individual yang dilaterbelakangi perbedaan keadaan keluarga.
Pengaruhnya terjadi pada perbedaan dalam hal-hal pengalaman sikap, apresiasi,
minat, sikap ekonomis, cara berkomunikasi, kebiasaan berbicara, hubungan
kerjasama, pola pikir, dan lain-lain. Perbedaan dalam hal-hal tersebut
mempengaruhi tingkah laku dan perubahan belajar sekolah;
f.       Prestasi Belajar, perbedaan
hasil belajar di kalangan para siswa disebabkan oleh faktor-faktor kematangan,
latar belakang pribadi, sikap dan bakat terhadap pelajaran, jenis mata ajaran
yang diberikan, dan sebagainya.
B. Pengaruh Faktor  Perbedaan
Individu
Perbedaan-perbedaan  ini di pengaruhi oleh banyak faktor. Dalam uraian berikut ini akan di
bahas perbedaan individu berdasarkan pengaruh faktor keturunan (Heriditer)
/faktor bawaan, faktor lingkungan dan faktor-faktor campuran. Adapun
faktor-faktornya yaitu sebagai berikut :
1. Pengaruh Faktor
Keturunan (Heriditer)
Menurut para ahli Biologi bahwa terjadinya individu
adalah akibat bertemunya sel jantan dan betina. Pada setiap spesies (jenis
makhluk) jumlah dan bentuk chromosomenya selalu sama dan bila speciesnya
berbeda, akan berbeda pula jumlah dan bentuk chromosomenya. Gene yang berasal
dari sel jantan saling berpasanagn dengan gene yang berasal dari gene betina
dengan cara yang berbeda beda. Cara yang berbeda beda inilah yang menyebabkan
perbedaan sifat individu. Dan perbedaan sifat individu inilah yang menjadi penyebab
terjadinya perbedaan individu berdasarkan faktor keturunan. 
2. Pengaruh Faktor
Lingkungan (Melieu)
            Lingkungan dalam arti luas, meliputi lingkungan statis
dan lingkungan yang bergerak/dinamis. Keadaan tempat dan alam lebih banyak
bersifat statis sedangkan lingkungan sosial bersifat dinamis. Lingkungan statis
membawa pengaruh  pada individu yang
berbeda di lingkungan tersebut. Demikian pula lingkungan dinamis (pengaruh
lingkungan sosial/manusia) juga berpengaruh terhadap orang-orang yang tinggal
di lingkungan tersebut. Hal-hal semacam itu akan membuat perbedaan sifat di
antara mereka.
3.  Pengaruh Faktor Campuran
Dari uraian di atas, baik uraian pertama (mengenai
pngaruh faktor keturunan) maupun uraian kedua (pengaruh faktor lingkungan),
ternyata bahwa baik keturunan maupun faktor lingkungan berpengaruh terhadap
individu yang bersangkutan.
C. Beberapa perbedaan
individu dalam kemampuan belajar dan mengingat
Dari sebagian besar perbedaan karakteristik kemampuan
siswa dalam belajar dan mengingat, kami hanya akan membahas empat masalah
kognitif penting yang mempengaruhi kemampuan belajar dan mengingat. Pertama, karena pemikiran populer
mengenai hubungan IQ dan kemampuan belajar maka kita perlu memperhatikan
pemikiran mengenai intelijensi. Selain itu juga dibahas style kognitif,
strategi pembelajaran dan kemampuan mengingat. 
1. Kemampuan (Intelijensi)
Uji perbedaan individu memungkinkan perhatian publik pada
pengukuran kemampuan seseorang yang tentunya menghasilkan skor nilai IQ. Pada
tahun 1920-an, pengujian ini sangat berguna sekali dilakukan. Banyak pendukung
gerakan ini di Amerika yang kemudian dirasa bahwa seseorang yang memiliki IQ
sedang hingga tinggi yang hanya dibolehkan untuk lebih produktif dibanding
mereka yang memiliki keterbelakangan mental dan kelompok keterbelakangan mental
ini biasanya dihindari. 
2. Cognitive Styles
Teori yang berhubungan
erat kepada permasalahan dalam keserasian untuk belajar adalah tipe kognitif.
Keserasian perorangan mungkin dipandang sebagai suatu tingkatan dari capaian
intelektual, sedangkan tipe kognitif mengacu pada cara capaian atau bagaimana
sesuatu menyelesaikan tugas-tugas intelektual. Sebagai contoh, individu berbeda
pilihan atau kemampuan untuk belajar dari suatu cara yang dilakukan berhubungan
dengan perasaan spesifik. Sebagian orang merasa paling baik belajar dari
material tertulis, sedang sebagian orang yang lain merasa lebih efisien belajar
dari pengolahan indera pendengar dengan isi yang sama melalui ceramah / kuliah
atau siaran ulang tv dari video. 
Perbedaan individu
sepanjang dimensi ini ditaksir oleh suatu persepsi tugas yang mempertemukan
test figur umum yang harus memilih enam pekerjaan yang sangat serupa yang mana
persisnya seperti suatu figur target. Hanya satu menit dalam mencari jawaban
yang benar dan salah. Ukuran waktu tanggapan untuk masing-masing individu
diambil seperti halnya score ketelitian. Orang yang lebih lambat dibanding
rata-rata dan siapa yang membuat lebih sedikit kesalahan dibanding rata-rata
Walaupun penggolongan ini meliputi kebanyakan pengambil test, tetapi tidak
meliputi semua. Beberapa individu membuat banyak kesalahan sungguhpun mereka
pelan-pelan, sedang individu lain bisa bekerja dengan cukup cepat tanpa membuat
banyak kesalahan.
3. Gaya Belajar
Strategi Belajar sebagai tambahan terhadap perbedaan di
dalam karakteristik global yang mempengaruhi pelajaran, suatu faktor penentu
penting dari suatu capaian individu pada tugas yang diberikan adalah strategi
spesifik yang diambil untuk tugas itu. Strategi berbeda telah secara ekstensif
menyelidiki dalam berbagai pelajaran dan memori tugas
4. Memory Ability
Perbedaan kesanggupan
ingatan individu tidak hanya di dalam kemampuan mereka untuk memperoleh
informasi, tetapi juga di dalam kemampuan mereka untuk mempertahankan informasi
apapun yang mereka peroleh. Beberapa tahun terakhir, psikolog berbeda mengukur
kecerdasan. Beberapa yang paling menarik untuk pekerjaan ini telah dilaksanakan
oleh suatu regu peneliti dipimpin oleh Earl Hunt, seorang psikolog dan Clifford
Lunneborg seorang psychometrician. Pendekatan dasar yang diambil oleh Earl Hunt
dan Lunneborg telah menguji para siswa perguruan tinggi berbagai tugas memori.
Para mahasiswa terpilih untuk masuk di dalam studi pada dasar score ekstrim
mereka pada tes kecerdasan. Mereka membatasi para mahasiswa peringkat puncak
yang keempat atau keempat terakhir di kelas mereka di dalam gabungan
kedua-duanya yang lisan dan gabungan yang kwantitatif pada suatu pengujian
pintu masuk. Penelitian Earl Hunt
dan Lunneborg's mengungkapkan dua penemuan basis dasar,: satu mengenai
implikasi perbedaan di dalam kemampuan lisan dan lain mengenai implikasi
variasi yang berbeda di dalam kemampuan kwantitatif. Pada dasarnya, pembedaan
sepertinya di dalam fungsi jenis memori pada kemampuan yang berhubungan
BELAJAR
DAN PEMBELAJARAN
1.      Pengertian
Belajar
Menurut buku Belajar dan Pembelajaran, “belajar adalah interaksi
antara individu (jasmani dan rohani) dengan dunia luar (alam sosial, budaya
spiritual) sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang semakin matang.”
Menurut Witherington dalam buku Educational Psychology mengemukakan,
“belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri
sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.”
Ada beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang
belajar: 
a.       Belajar
merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat
mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik.
b.      Belajar
merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, dalam
arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak
dianggap sebagai hasil belajar seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada
diri seorang bayi.
c.       Tingkah laku
yang mengalamiperubahan karena belajar menyangkut beberapa ospek kepribadian,
baik fisik maupun psikis seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu
masalah atau berfikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
Good dan Brophy dalam bukunya Educational psychology: a realistic
approach mengemukakan arti belajar dengan kata-kata singkat, yaitu learning is
the development of new assosiations as a result of experience. Beranjak dari
definisi yang dikemukakannya itu selanjutnya ia menjelaskan bahwa belajar itu
ialah suatu proses yang benar-benar bersifat internal (a purely internal
event). Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata,
proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Jadi
yang dimaksud dengan belajar menurut Good dan Brophy bukan tingkah laku yang
nampak, tetapi terutama adalah prosesnya yang terjadi secara internal di dalam
individu dalam usahanya memperoleh hubungan-hubungan baru (new association).
2.       Pengertian
Pembelajaran
Menurut buku Belajar dan Pembelajaran, “pembelajaran adalah penataan
lingkungan belajar yang memungkinkan seseorang/sekelompok orang dapat belajar
dengan baik dan bermakna. Atau proses membuat orang melakukan proses belajar
sesuai dengan rancangan.”
Menurut
Achjar Chalil, “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.”
3.      Ciri-ciri Perilaku Belajar
Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri
perubahan yang spesifik. Karakteristik perilaku belajar ini dalam beberapa
pustaka rujukan, antara lain Psikologi Pendidikan Oleh Surya (1982),
disebut juga sebagai prinsip-prinsip belajar. Diantara ciri-ciri perubahan khas
yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang terpenting adalah:

a.       Perubahan Itu
Intensional
Perubahan yang terjadi
dalam proses belajar ialah berkat pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan
sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan. Karakteristik ini
mengandung konotasi bahwa siswa menyadari akan adanya perubahan yang dialami
atau sekurang-kurangnya ia merasakan adanya perubahan dalam dirinya, seperti
bertambahnya pengetahuan, kebiasaan, sikap dan pandangan terhadap sesuatu,
keterampilan dan lainnya. Maka dari itu perubahan yang diakibatkan mabuk, gila,
dan lelah tidak termasuk dalam karakteristik belajar, karena individu yang
bersangkutan tidak menyadari keberadaannya.
            
b.      Perubahan Itu Positif
dan Aktif
Perubahan yang terjadi
karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif artinya baik,
berguna, serta sesuai dengan harapan. Hal ini juga bermaknabahwa perubahan
tersebut senantiasa merupakan penambahan, yakni diperolehnya sesuatu yang baru
yang lebih baik daripada apa yang telah ada sebelumnya. Adapun perubahan aktif
artinya tidak terjadi dengan sendirinya, seperti karena proses kematangan, akan
tetapi karena proses itu sendiri.

c.       Perubahan Itu Efektif
dan Fungsional
Perubahan yang terjadi
karena proses belajar bersifat efektif, yakni berguna. Yakni, perubahan
tersebut membawa pengaruh, makna, manfaat tertentu bagi peserta didik. Selain
itu, perubahan dalam proses belajar bersifat fungsional dalam arti bahwa ia
relatif menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat
direproduksi dan dimanfaatkan. Perubahan fungsional dapat diharapkan memberi
manfaat yang luas (misalnya ketika siswa menempuh ujian dan menyesuaikan diri
dengan lingkungannya dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya).

4.      Faktor faktor yang mempengaruhi proses belajar

Secara
umum factor-faktor yag mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas dua
kategori, yaitu factor internal dan factor eksternal . kedua factor tersebut
saling memengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil
belajar.
a.       Faktor
internal
Faktor
internaladalah factor-faktor yang berasal dari dalam
diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Factor-faktor
internal ini meliputi factor fisiologis dan factor psikologiss.
1.      Faktor
Fisiologis

Faktor-faktor
fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.
Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam:

Pertama,keadaan
jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar
seseorang. kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif
terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau
sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu
keadaan jasmani sangat memengaruhi proses belajar , maka perlu ada usaha untuk
menjaga kesehatan jasmani. 
  
Kedua,
keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran
fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama
panca indra. Panca indra yang berfunsi dengan baik akan mempermudah aktivitas
belajar dengan baik pula. dalam proses belajar, merupakan pintu  masuk
bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia
dapat menangkap dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam
aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun
siswa perlu menjaga panca indra dengan baik, baik secara preventif maupun
secara yang bersifat kuratif. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi
persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodic,
mengonsumsi makanan yang bergizi , dan lain sebagainya.

2.      Faktor
Psikologis

Faktor–faktor
psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses
belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memngaruhi proses belajar adalah
kecerdasan siswa, motifasi , minat, sikap dan bakat.

-          kecerdasan /intelegensia siswa 

Pada
umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemempuan psiko-fisik dalam mereaksikan
rangsaganan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat.
Dengan dmikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja,
tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan,
tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena
fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari
hampir seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan
merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa,
karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi iteligensi seorang
individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar.
Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu
itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari
orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai factor
psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan
pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru
professional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasannya.

-          Motivasi

Motivasi
adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.
Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli
psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang
aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin,
1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan
keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. 
Dari
sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motaivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari
dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti
seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk
membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktifitas kesenangannya, tapi bisa
jadi juga telah mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik
memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsik relaatif lebih lama
dan tidak tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).

Motivasi
ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi
pengaruh terhadap kemauan untauk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata
tertib, teladan guru, orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari
lingkungansecara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi
lemah.  

-          Minat

Secara
sederhana,minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat
bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya
terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian,
keingintahuan, moativasi, dan kebutuhan.
Namun
lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi,
karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat
atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas,
seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar
tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk
membagkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Anatara
lain, pertama, dengan mebuat materi yang akan dipelajarai semenarik mingkin dan
tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desai pembelajaran yang
membebaskan siswa mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain
belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif,
maupun performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan
atau bidang  studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau
bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
  
-          Sikap

Dalam
proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses
belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relative tetap
terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara positif maupun
negative (Syah, 2003).
Sikap
siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang
pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk
mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya
berusaha untuk menjadi guru yang professional dan bertanggungjawab terhadap
profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas,seorang guru akan berusaha
memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengambangkan kepribadian
sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha
untuk menyajikan pelajaranyang diampunya dengan baik dan menarik sehingga
membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan;
meyakinkansiswa bahwa bidang studi yang dipelajara bermanfaat bagi ddiri siswa.

-          Bakat

Faktor
psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum,
bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan dating (Syah, 2003).
Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan
umum yang dimilki seorang siswa untauk belajar. Dengan demikian, bakat adalah
kemampuan seseorang menjadi salah satukomponen yang diperlukan dalam proses
belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang
dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga
kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada
dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi
belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga
diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa
tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat
tertentu, akan lebih mudah menyerap informasiyang berhungan dengan bakat yang
dimilkinya. Misalnya, siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah
mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.
Karena
belajar jug dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu,maka para
pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimilki
oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain dengan mendukung,ikut
mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai
dengan bakatnya.

b.      Factor-faktor
eksogen/eksternal

Selain karakteristik siswa atau factor-faktor
endogen, factor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar
siswa.dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktaor-faktor eksternal
yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu factor
lingkungan social dan factor lingkungan nonsosial.

1.      Lingkungan
social

a)      Lingkungan
social sekolah, seperti guru, administrasi, dan
teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan
harmonis antra ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih
baikdisekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru
atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
b)      Lingkungan
social massyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan
memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan
anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajarsiswa, paling tidak
siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam
alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya.
c)      Lingkungan
social keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan
keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah),
pengelolaankeluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar
siswa. Hubungan anatara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang
harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

2.      Lingkungan
non social.     

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan
nonsosial adalah:

a)      Lingkungan
alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar
yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang
sejuk dantenang. Lingkungan alamiah tersebut mmerupakan factor-faktor yang
dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan
alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.
b)      Factor
instrumental,yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama,
hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan
olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah,
peraturan-peraturan sekolah, bukupanduan, silabi dan lain sebagainya.
c)      Factor
materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Factor ini hendaknya disesuaikan
dengan usia perkembangan siswa begitu juga denganmetode mengajar guru,
disesuaikandengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat
memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajr siswa, maka guru
harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan
sesuai dengan konsdisi siswa.

TEORI –
TEORI BELAJAR PSIKOLOGI BEHAVIORISTIK, KOGNITIF DAN HUMANISTIK
A.  TEORI – TEORI BELAJAR PSIKOLOGI BEHAVIORISTIK
Dikemukakan oleh
psikolog behaviristik yang sering disebut “contempory
behaviorists” atau “S-R psychologists” berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reword)
atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Dengan demikian, tingkah laku
belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi – reaksi behavioral dengan
stimulasinya.
1.    Teori Yang
Mengawali Perkembangan Psikologi Behavioristik
Psikologi ini mulai mengalami perkembangan
dengan lahirnya teori tentang belajar yang dipelopori oleh Thomdike, Paviov,
Wabon, dan Ghuthrie. Teori belajar Thomdike (1874 – 1949) di AS yang disebut “connectionism” atau “trial-and-error” karena belajar
merupakan proses pembentukan koneksi – koneksi antara stimulus dan respon. Ciri
– ciri belajarnya antara lain :
a.    Ada motif pendorong aktivitas.
b.    Ada berbagai respon terhadap situasi.
c.    Ada eliminasi respon – respon yang gagal/ salah.
d.   Ada kemajuan reaksi – reaksi mencapai tujuan.
Dari penelitiannya Thomdike menemukan
hukum – hukum :
1.    “Law of readiness”: Jika reaksi
terhadap stimulus didukung oleh kesiapan untuk bertindak atau bereaksi itu,
maka reaksi menjadi memuaskan. 
2.    “Law of exercise”: makin banyak
dipraktekkan atau digunakannya hubungan stimulus respon, makin kuat hubungan
itu. Praktek perlu disertai dengan “reward”.
3.    “Law of effect”: bilamana terjadi
hubungan antara stimulus dan repon dan dibarengi dengan “state of affairs” yang
memuaskan, maka hubungan itu terjadi lebih kuat. bilamana terjadi hubungan
dibarengi dengan “state of affairs” yang mengganggu, maka kekuatan hubungan
menjadi berkuarang.
Sementara itu di Rusia Ivan Pavlov (1849 –
1936) juga menghasilkan teori belajar yang disebut “clasical conditioning” atau
“stimulus substitution” berkembang dari percobaan laboratoris terhadap anjing
yang diberi stimuli bersyarat sehingga terjadi reaksi bersyarat pada anjing.
John B. Watson (1878 – 1958) adalah orang
AS yang mengembangkan teori belajar berdasarkan hasil penelitian Pavlov. Watson
berpendapat, bahwa belajar merupakan proses terjadinya refleks – refleks dan
reaksi – reaksi emosional berupa takut, cinta, dan marah. Semua tingkah laku
lainnya terbentuk oleh hubungan – hubungan stimulus – respon baru melalui “conditioning”.
Operant conditioning adalah suatu situasi
belajar dimana suatu respons dibuat lebih kuat akibat reinforcement.

2.        Skinner’s Operant
Conditioning
Skinner’s juga menganggap “reward” atau
“reinforcement” sebagai faktor terpenting dalam proses belajar. Ia berpendapat
bahwa tujuan psikologi pendidikan adalah meramal dan mengontrol tingkah laku 
Skinner’s membagi dua jenis respons dalam
proses belajar, yakni :
1.    Respondents : respons yang terjadi karena stimuli
khusus misal Pavlov
2.    Operants : respons yang terjadi karena situasi
random.
Jenis – jenis stimuli :
1.    Positive reinforcement : penyajian stimuli yang
meningkatkan probabilitas suatu respons.
2.    Negative reinforcement : pembatasan stimuli yang
tidak menyenangkan 
3.    Hukuman : pemberian stimulus yang tidak
menyenangkan 
4.    Primary reinforcement : stimuli pemenuhan kebutuhan
– kebutuhan fisiologis 
5.    Secondary or learned reinforcement
6.    Modivikasi tingkah laku guru : perlakuan guru
terhadap murid – murid berdasarkan minat dan kesenangan mereka.
Ada 4 cara
penjadwalan reinforcement menguraikan tentang kapan dan bagaimana sutau respons
diperbuat?
1.    “Fixed – ratio
schedule”: yang didasarkan pada penyajian bahan pelajaran, pemberi reinforcement
baru memberikan penguatan respons setelah terjadi jumlah tertentu dari respons.
2.    “Variable ratio
schedule”: yang didasarkan pada penyajian bahan pelajaran dengan penguat setelah
sejumlah rata – rata respons.
3.    “Fixed – interval
schedule”: yang didasarkan atas satuan waktu tetap diantara “reinforcement”
4.    “Variable interval
schedule”: pemberian reinforcement menurut respons betul yang pertama setelah
terjadi kesalahan – kesalahan respons.

B.  TEORI – TEORI BELAJAR PSIKOLOGI KOGNITIF
Para ahli jiwa
aliran kognitif berpendapat, tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada
kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi  dimana tingkah laku itu terjadi tidak hanya
dikontrol oleh reward dan reinforcement.
1.    Teori belajar cognitive field dari lewin
Kurt Lewin (1892 – 1947) mengembangkan
suatu teori belajar cognitive field Lewin memandang masing – masing individu
berada didalam suatu medan kekuatan, yang bersifat psikologis. Medan kekuatan
psikologis dimana individu beraksi disebut life space yang mencakup perwujudan
lingkungan dimana individu bereaksi.



2.    Teori belajar
cognitive Develop mental dari Piaget
Piaget memandang bahwa proses belajar
berfikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju
abstrak.
Piaget memakai istilah Scheme secara
interchangeably dengan istilah struktur. Scheme adalah pola tingkah laku yang
dapat diulang yang berhubungan dengan refleks – refleks pembawaan dan Scheme
mental.

Menurut Piaget, intelegensi itu sendiri
terdiri dari tiga aspek yaitu : 
a.    Struktur disebut juga Scheme.
b.    Isi atau content yaitu pola tingkah laku spesifik
tat kala individu menghadapi suatu masalah.
c.    Fungsi atau function yaitu yang berhubungan dengan
cara seseorang mencapai kemajuan intelektual.
Piaget mengidentifikasi empat faktor yang
mempengaruhi transisi tahap perkembangan anak yaitu :
1.    Kematangan 
2.    Pengalaman fisik atau lingkungan 
3.    Transmisi sosial 
4.    Equalibrium atau self regultion.

3.    Jerome Bruner dengan discovely learning-nya
Yang menjaadi dasar ide Jerome Bruner ialah
pendapat dari Piaget didalam belajar dikelas. Jerome Bruner memakai cara dengan
discovery learning, dimana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan
suatu bentuk akhir. Prosedur ini berbeda dengan reseption learning atau
expository teaching dimana guru menerangkan semua informasi dam murid harus
mempelajari semua bahan atau informasi itu.
The act of discovery dari Bruner
1.    Adanya suatu kenikan didalam potensi intelektual.
2.    Ganjaran intrinsik lebih ditekankan daripada
ekstrinsik.
3.    Murid yang mempelajari bagaimana menemukan berarti
murid itu menguasai metode discovery learning.
4.    Murid labih senang mengingat – ingat informasi.

C.  TEORI BELAJAR DARI PSIKOLOGI HUMANISTIK 
1.    Orientai
Perhatian psikologi Humanistik yang
terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap – tiap individu dipengaruhi dan
dibimbing oleh maksud – maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman
– pengalaman merekan sendiri dan sesuai perasaan dan perhatian siswa. Tujuan
utamanya adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya sebagai manusia yang
unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi – potensi yang ada pada diri
mereka (Hamachek, 1977, P.148)

2.    Awal timbulnya
psikologi Humanistik
Pada akhir tahun 1940-an orang – orang yang
terlibat dalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam perkembangan ini.
Misalnya : psikologi klinik, pekerja sosial dan konseler. Gerakan ini
berkembang kemudian dikenal dengan sebagai psikologi Humanistik, eksestensial,
perceptual, atau fenomenologikal. Psikologi ini berusaha untuk memahami
perilakuseseorang dari sudut si pelaku     ( behaver) bukan dari pngamat (observer).

3.    Behaviorisme versus
humanistik
Dalam menyoroti masalah perilaku, ahli –
ahli Behaviorisme dan humanistik mempunyai pandangan yang sangat berbeda yang
dikenal sebagi freedomdetermination issue. Para behaviorist memandang bahwa
orang sebagai makhluk reaktif yang memberikan responsnya terhadap
lingkungannya. Sebaliknya para Humanistik meemandang bahwa tiap orang itu menentukan
perilaku merekan sendiri.


EVALUASI PENDIDIKAN
A.     Pengertian Evaluasi
            Evaluasi menurut bahasa berasal dari
bahasa Inggris Evaluation yang berarti penilaian atau penafsiran. Menurut
istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan
suatu objek dengan menggunakan instrument dan hasil dibandingkan dengan tolak
ukur untuk mencapai kesimpulan. 
            Ada bebrapa istilah yang sering
dugunakan untuk pengertian yang serupa dengan evaluasi yaitu pengukuran dan
penilaian. Suharsini Arikunto membedakan 3 istilah tersebut, mengukur adalah
membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran. pPengukuran bersifat kuantitatif.
Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap suatu dengan ukuran baik
buruk. Sedangkan mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah tersebut, yaitu
mengukur dan menilai. Di dalam istilah aslinya, pengukuran adalah mensuremen,
sedangkan menilai adalah evaluation. Dari kata evaluation inilah diperoleh dari
kata Indonesia evaluasi yang berarti menilai (tetapi dilakukan dengan mengukur terlebih
dahulu). 
B.      Pengertian Evaluasi Pendidikan
            Evaluasi pendidikan adalah kegiatan
evaluasi yang terjadi dalam kegiatan pendidikan. Chabib Thoha mengemukakan 3
alasan dalam dunia pendidikan diperlukannya evaluasi, yaitu :
1.      Adanya hubungan Interdependensi antara
tujuan pendidikan, proses belajar mengajar dan prosedur evaluasi.
2.      Kegiatan mengevaluasi terhadap hasil
belajar merupakan salah satu cirri dari pendidik professional.
3.      Kelembagaan, kegiatan pendidikan adalah
kegiatan manajement yang meliputi planning, programming, organizing, actuating,
controlling, dan evaluating.

C.      Fungsi Evaluasi Pendidikan

            Fungsi
evaluasi secara umum meliputi :
a)      Fungsi administratif untuk penyusunan
daftar nilai dan pengisian buku raport.
b)      Fungsi promosi untuk menetapkan kenaikan
atau kelulusan 
c)      Fungsi diagnostik untuk mengidentifikasi
kesulitan belajar siswa dan merencanakan program remedial teaching (pengajaran
perbaikan).
d)      Sumber data BP untuk memasukan data siswa
tertentu yang memerlukan bimbingan dan penyuluhan (BP).
e)      Bahan pertimbangan pengembanga pada masa
yang akan datang yang meliputi pengembangan kurikulum, metode dan alat-alat
PBM.

Fungsi evaluasi pendidikan secara spesifik
1.      Bagi Guru
a)      Mengetahui kemajuan belajar peserta didik 
b)      Mengetahui kedudukan individu dalam
kelompoknya
c)      Mengetahui kelemahan-kelemahan dalam proses
belajar mengajar
d)      Memperbaiki proses belajar mengajar
2.      Bagi Peserta Didik
a)      Mengetahui kemampuan dan hasil belajar
b)      Memperbaiki cara belajar
c)      Menumbuhkan motivasi dalam belajar
3.      Bagi Sekolah
a)      Mengukur mutu hasil pendidikan
b)      Mengetahui kemajuan dan kemunduran sekolah
c)      Membuat keputusan untuk peserta didik
d)      Mengadakan perbaikan kurikulum
4.      Bagi Orang Tua
a)      Mengetahui hasil belajar anaknya
b)      Meningkatkan pengawasan dan bimbingan serta
bantuan kepada anak dalam belajar
c)      Mengarahkan jurusan atau sekolah lanjutan
bagi anaknya
5.      Bagi Masyarakat dan Pemakai Jasa Pendidikan
a)      Mengetahui kemajuan sekolah
b)      Mengadakan kritik dan saran perbaikan
kurikulum

D.     Tujuan Evaluasi

Tujuan evaluasi antara lain sebagai berikut
:
1.      Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang
telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu.
Hal ini evaluasi guru dapat mengetahui
kemajuan perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil proses belajar dan mengajar
yang melibatkan dirinya selaku pembimbing dan membantu kegiatan belajar
siswanya.
2.      Untuk mengetahui posisi atau kedudukan
seorang siswa dalam kelompok kelasnya.
Hasil evaluasi dapat dijadikan dalam
kemampuan belajar siswanya yang dapat dikategorikan cepat, sedang atau lambat.
3.      Untuk mengetahui tingkat usaha siswa dalam
belajar
4.      Untuk mengetahui sejauh mana siswa telah
mendayagunakan kapasitas kognitifnya atau kemampuan kecerdasan yang dimilikinya
untuk kemampuan belajar
5.      Untuk mengetahui tingkat daya guna dan
hasil guna metode mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar
mengajar (PBM).

E.      Sifat Evaluasi

Sifat evakuasi antara lain sebagai berikut
:
1.      Kuantitatif
Banyak gejala-gejala dalam pendidikan yang
sifatnya abstrak dan kualitatif tetapi dalam evaluasi selalu diangkakan.
2.      Tidak Langsung
Dalam mengevaluasikan harus menggunakan
alat dan melalui prosedur yang sistematis tidak secara langsung dan melihat
gejala atau cirri-ciri yang nampak.
3.      Relatif atau Tidak Mutlak
Hasil penilaian setiap individu akan selalu
berubah sesuai dengan dinamikanya.
4.      Setiap Penilaian Pasti Terjadi Kesalahan

F.       Prinsip-Prinsip Evaluasi
1.      Kontinyu
Penilaian harus dilakukan berulang kali
dengan maksud agar memperoleh gambaran yang pasti tentang subyek yang
dievaluasi.
Ø  Penilaian formatif 
·         Penilaian yang dilakukan pada saat-saat
proses kegiatannya masih sedang berlangsung
·         Dengan tujuan untuk mengetahui hambatan
atau gagguan yang terjadi selama proses pembelajarannya.
Ø  Penilaian sumatif
·         Penilaian yang dilakukan pada pertengahan
(sub-sumatif) dan atau akhirsuatu proses, dengan tujuan untuk mengetahui
penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang telah diberikan oleh guru.
·         Penilaian sumatif disebut juga penilaian
hasil atau produk.
2.      Obyektif
Penilaian harus obyektif artinya hasil
penilaian sesuai dengan kenyataan atau apa adanya. Jadi penilaian dikatakan
obyaktif bila hasil penilaiannya haya ada satu interprestasi.
3.      Komperehensif
Penilaian dikatakan komperehensif bila
penilaiannya mampu mengungkapkan keseluruhan aspek yang harus dinilai (aspek kognitif,
aspek afektif dan aspek psikomotor)
4.      Untuk mengevaluasi harus menggunakan alat
yang baik, yaitu :
·         Valid
·         Reliabel
·         Daya pembeda
·         Obyektif
·         Komprehensif
·         Terstandar
·         Praktis

G.     Tujuan Evaluasi
1.      Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang
telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu. Hal
ini evaluasi guru dapat mrngrtahui kemajuan perubahan tingkah laku siswa
sebagai hasil proses belajar dan mengajar yang melibatka dirinya selaku
pembimbing dan pembantu kegiatan belajar siswanya.
2.      Untuk mengetahui posisi atau kedudukan
seorang siswa dalam kelompok kelasnya. Hasil evaluasi dapat dijadikan acuan
dalam kemampuan belajar siswanya yag dapat dikategorikan cepat, sedang atau
lambat.
3.      Untuk mengetahui tingkat usaha yang
dilakukan siswa dalam belajar.
4.      Untuk mengetahui sejauh mana siswa siswa
telah mendayagunaka kapasitas kogntifnya (kemampuan kecerdasan yang dimiliki)
untuk keperluan belajar.
5.      Untuk mengetahui tingkat daya guna dan
hasil guna metode mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar
mengajar (PBM).

H.     Macam-Macam Taknik Evaluasi
Teknik evaluasi ada 2 macam meliputi :
1.      Teknik Non Tes
a.      Skala bertingkat
Skala ini menggambarkan suatu nilai yag
berbentuk angka terhadap suatu hasil pertimbangan.
Contoh :    Skor
atau nilai yang diberikan oleh guru di sekolah untuk menggambarkan tingkat
prestasi belajar siswa. Skor missal skor 8 digambarkan di tempat yang lebih
kanan dibandingkan penggambaran skor 5.
b.      Kuesioner ( Guestionaire)
Kuesioner (guestionaire) juga sering
dikenal sebagai angket. Kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus
diisi oleh orang yang akan diukur (responden)
c.       Daftar Cocok (Check List)
Yang dimaksud daftar cocok adlah deretan
pernyataan (yang biasanya singkat), dimana responden yang dievaluasikan tinggal
mmbubuhkan tanda cocok (√) di tempat yang
sudah disediakan.
d.      Wawancara (Interview)
Wawancara (interview) adalah suatu
metode/cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan
jalan tanya jawab.
e.      Pengamatan (Observation)
Pengamatan/observasi (observation) adalah
suatu teknikyang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti
serta pencatatan secara sistematik.
f.        Riwayat Hidup
Riwayat hidup adalah gambaran tentang
keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya.
2.      Teknik Tes
Teknik tes dibedakan menjadi 2 yaitu :
a.      Tes Diagnostik
Seorang guru yang baik tentu akan merasa
berharga apabila dapat membantu siswanya sehingga dapat mencapai kemajuan
secara maximal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Seperti halnya kerja
seorang dokter, sebelum menentukan obat apa yang akan diberika kepada si
pasien, dokter tersebut mengadakan pemeriksaan secara teliti dahulu, misalnya
memeriksa denyut nadi, suara napas, reaksi lutut, urine dsb. Mengadakan
pemeriksaan itu disebut mengadakan diagnosis, sedangkan mengadakan pengobatan
disebut mengadakan terapi. 
Demikian juga seorang guru terhadap siswa.
Sebelum memberikan bantuan dengan tepat, guru harus mengadakan tes yang
maksudnya mengadakan diagnosis.
b.      Tes Formatif
Dari kata Form yang mirip dasar dari
istilah formatif maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh
mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti suatu program.
c.       Tes Sumatif
Tes sumatif dilakukan setelah berakhirnya
pemberian sekelompok program/sebuah program yang lebih besar. Dalam pengalaman
di sekolah, tes formatif dapat disamakan dengan ulangan harian, sedangkan tes
sumatif ini dapat disamakan dengan ulangan umum yang biasaya dilaksanakan pada
tiap akhir caturwulan/ akhir semester.

I.        Macam-Macam Instrumen Evaluasi Pendidikan
Macam-macam instrumen evaluasi pendidikan
dapat berupa :
1.      Perbuatan pendidik, mencakup nasihat,
teladan, larangan, perintah, pujian, teguran, ancaman dan hukuman.
2.      Benda-benda sebagai alat bantu, seperti
meja, kursi, papan tulis, pulpen, penghapus, spidol, buku, peta, dsb.




Diagnosis Kesulitan Belajar
PENGERTIAN DIAGNOSIS KESULITAN
BELAJAR, PEMBELAJARAN REMEDIAL (REMEDIAL TEACHING), DAN PEMBELAJARAN PENGAYAAN
1.      Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar
Diagnosis
merupakan istilah yang diadopsi dari bidang medis. Menurut Thorndike dan Hagen (Abin
S.M., 2002 : 307), diagnosis dapat diartikan sebagai :
a.       Upaya atau proses menemukan
kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang
dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya
(symtoms);
b.      Studi yang seksama terhadap fakta
tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan
sebagainya yang esensial;
c.       Keputusan yang dicapai setelah
dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-gejala atau fakta-fakta tentang
suatu hal.
Dari ketiga
pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa di dalam konsep diagnosis, secara
implisit telah tercakup pula konsep prognosisnya. Dengan demikian dalam proses
diagnosis bukan hanya sekadar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya,
serta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan
juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan kemungkinan dan menyarankan
tindakan pemecahannya.
Menurut Burton, seorang siswa
dapat juga diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan
menunjukan kegagalan tertentu dalam mencapai tujuan belajarnya. Kegagalan
belajar ini, seperti siswa dalam batas tertentu tidak mencapai ukuran tingkat
keberhasilan atau tingkat penguasaan minimal dalam pengajaran tertentu, siswa
tidak dapat mencapai prestasi yang semenstinya sesuai dengan potensinya, siswa
gagal kalau tidak dapat mewujudkan tugas –tugas perkembangannya, dan lain
–lain.
Bila kegiatan
diagnosis diarahkan pada masalah yang terjadi pada belajar, maka disebut
sebagai diagnosis kesulitan belajar. Melalui diagnosis kesulitan belajar
gejala-gejala yang menunjukkan adanya kesulitan dalam belajar diidentifikasi,
dicari faktor-faktor yang menyebabkannya, dan diupayakan jalan keluar untuk
memecahkan masalah tersebut.
2.      Pengertian
Pembelajaran Remedial
Proses pembelajaran merupakan suatu
aktifitas yang tidak hanya sekedar penyampaian informasi dari guru kepada siswa
tetapi ada interaksi antara guru dengan siswa. Menurut Gagne, pembelajaran
adalah usaha guru yang bertujuan untuk menolong siswa belajar, dimana
pembelajaran merupakan seperangkat peristiwa yang mempengaruhi terjadinya
belajar siswa.  
Dalam keseluruhan proses belajar
mengajar, pembelajaran remedial memegang peranan penting, khususnya dalam
rangka pencapaian hasil belajar yang optimal. Pembelajaran remedial merupakan
suatu cara atau proses yang dilakukan siswa yang mengalami kesulitan, agar
siswa tersebut bisa mencapai prestasi yang memadai.
Dilihat dari segi arti katanya
remedial berarti bersifat menyembuhkan, membetulkan ataupun membuat menjadi
baik. Hal tersebut senada dengan Abu Ahmadi yang mendefinisikan bahwa
pengajaran remedial (remedial Teaching) adalah suatu bentuk
pengajaran yang membuat menjadi baik. 
Proses pengajaran ini bersifat lebih
khusus karena disesuaikan dengan jenis dan sifat kesulitan belajar yang
dihadapi siswa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran remedial
merupakan rangkaian kegiatan lanjutan dari usaha diagnosis kesulitan belajar
yang telah dilakukan. Proses bantuan ini lebih ditekankan pada usaha perbaikan,
cara-cara belajar, cara mengajar, penyesuaian materi pelajaran, penyembuhan
hambatan-hambatan yang dihadapi.
Berdasarkan uraian di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran remedial adalah suatu bentuk pembelajaran
yang merupakan bantuan atau perbaikan seperti cara mengajar, media pelajaran,
metode mengajar, materi pelajaran, lingkungan yang turut serta mempengaruhi
proses belajar mengajar.
3.      Pengertian Pembelajaran Pengayaan
Secara umum
pengayaan dapat diartikan sebagai pengalaman atau kegiatan peserta didik yang
melampaui persyaratan minimal yang ditentukan oleh kurikulum dan tidak semua
peserta didik dapat melakukannya.
Untuk memahami
pengertian program pembelajaran pengayaan, terlebih dahulu perlu diperhatikan
bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku berdasar
Permendiknas 22, 23, dan 24 Tahun 2006 pada dasarnya menganut sistem
pembelajaran berbasis kompetensi, sistem pembelajaran tuntas, dan sistem
pembelajaran yang memperhatikan dan melayani perbedaan individual peserta didik. Sistem
dimaksud ditandai dengan dirumuskannya secara jelas standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik. Penguasaan SK dan KD
setiap peserta didik diukur dengan menggunakan sistem penilaian acuan kriteria
(PAK). Jika seorang peserta didik mencapai standar tertentu maka peserta didik
tersebut dipandang telah mencapai ketuntasan.
Dalam pelaksanaan
pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, lazimnya guru
mengadakan penilaian awal untuk mengetahui kemampuan peserta didik terhadap
kompetensi atau materi yang akan dipelajari sebelum pembelajaran dimulai.
Kemudian dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan berbagai strategi seperti
ceramah, demonstrasi, pembelajaran kolaboratif/kooperatif, inkuiri, diskoveri, dsb.
Melengkapi strategi pembelajaran digunakan juga berbagai media seperti media
audio, video, dan audiovisual dalam berbagai format, mulai dari kaset audio,
slide, video, komputer multimedia, dsb. Di tengah pelaksanaan pembelajaran atau
pada saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung, diadakan penilaian
proses dengan menggunakan berbagai teknik dan instrumen dengan tujuan
untuk mengetahui kemajuan belajar serta seberapa jauh penguasaan peserta didik
terhadap kompetensi yang telah atau sedang dipelajari. Penilaian proses juga
digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran bila dijumpai
hambatan-hambatan. Pada akhir program pembelajaran, diadakan penilaian yang
lebih formal berupa ulangan harian. Ulangan harian dimaksudkan untuk menentukan
tingkat pencapaian belajar, apakah seorang peserta didik gagal atau berhasil
mencapai tingkat penguasaan kompetensi tertentu. Penilaian akhir program ini
dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan apakah peserta didik telah mencapai
kompetensi (tingkat penguasaan) minimal atau ketuntasan belajar seperti yang
telah dirumuskan pada saat pembelajaran direncanakan.
Jika ada
peserta didik yang lebih mudah dan cepat mencapai penguasaan kompetensi minimal
yang ditetapkan, maka sekolah perlu memberikan perlakuan khusus berupa program
pembelajaran pengayaan. Pembelajaran pengayaan merupakan pembelajaran tambahan
dengan tujuan untuk memberikan kesempatan pembelajaran baru bagi peserta
didik yang memiliki kelebihan sedemikain rupa sehingga mereka dapat
mengoptimalkan perkembangan minat, bakat, dan kecakapannya. Pembelajaran
pengayaan berupaya mengembangkan keterampilan berpikir, kreativitas,
keterampilan memecahkan masalah, eksperimentasi, inovasi, penemuan,
keterampilan seni, keterampilan gerak, dsb. Pembelajaran pengayaan memberikan pelayanan
kepada peserta didik yang memiliki kecerdasan lebih dengan tantangan belajar
yang lebih tinggi untuk membantu mereka mencapai kapasitas optimal dalam
belajarnya.




LATAR BELAKANG DIAGNOSIS
KESULITAN BELAJAR & PENGAJARAN PERBAIKAN/PENGAYAAN
(Dikaitkan dengan belajar
tuntas, kurikulum, tujuan pendidikan, pengembangan siswa optimal &
keuntungan serta akibat jika kegiatan tersebut tidak dilaksanakan)
Standar Nasional
Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan menetapkan 8 standar yang harus dipenuhi
dalam melaksanakan pendidikan. Kedelapan standar dimaksud meliputi standar isi,
standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut, kompetensi yang harus dikuasai
oleh peserta didik setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran ditetapkan dalam
standar isi dan standar kompetensi lulusan. Standar isi (SI) memuat
standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta
didik dalam mempelajari mata pelajaran tertentu. Standar kompetensi lulusan
(SKL) berisikan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik pada
setiap satuan pendidikan. Sementara berkenaan dengan materi yang harus
dipelajari, disajikan dalam silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
yang dikembangkan oleh guru. Menurut pasal 6 PP. 19 Th. 2005, terdapat 5
kelompok mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan
khusus. Kelima kelompok mata pelajaran tersebut meliputi: agama dan akhlak
mulia; kewarganegaraan dan kepribadian; ilmu pengetahuan dan teknologi;
estetika; jasmani, olah raga, dan kesehatan.
Dalam rangka
membantu peserta didik mencapai standar isi dan standar kompetensi lulusan,
pelaksanaan atau proses pembelajaran perlu diusahakan agar interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan kesempatan yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.
Untuk mencapai
tujuan dan prinsip-prinsip pembelajaran tersebut tidak jarang dijumpai adanya
peserta didik yang memerlukan tantangan berlebih untuk mengoptimalkan
perkembangan prakarsa, kreativitas, partisipasi, kemandirian, minat, bakat,
keterampilan fisik, dsb. Untuk mengantisipasi potensi lebih yang dimiliki
peserta didik tersebut, setiap satuan pendidikan perlu menyelenggarakan program
pembelajaran pengayaan.
Dalam kegiatan
pembelajaran tidak jarang dijumpai adanya peserta didik yang lebih cepat dalam
mencapai standar kompetensi, kompetensi dasar dan penguasaan materi pelajaran
yang telah ditentukan. Peserta didik kelompok ini tidak mengalami kesulitan
dalam memahami materi pembelajaran maupun mengerjakan tugas-tugas atau latihan
dan menyelesaikan soal-soal ulangan sebagai indikator penguasaan
kompetensi. Peserta didik yang telah mencapai kompetensi lebih cepat
dari peserta didik lain dapat mengembangkan dan memperdalam kecakapannya secara
optimal melalui pembelajaran pengayaan. Untuk keperluan pemberian
pembelajaran pengayaan perlu dipilih strategi dan langkah-langkah yang
tepat setelah terlebih dahulu dilakukanidentifikasi terhadap potensi lebih yang
dimiliki peserta didik.
Sehubungan dengan
hal-hal tersebut, sekolah perlu menyusun rencana sistematis pemberian
pembelajaran pengayaan untuk membantu perkembangan potensi peserta didik secara
optimal.
KEDUDUKAN DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR &
PENGAJARAN PERBAIKAN/PENGAYAAN DALAM PBM

Sistem penilaian berbasis kompetensi
yang direncanakan dalam kurikulum KTSP adalah sistem penilaian yang
bekelanjutan dan sistem penilaian akhir (Dirjen Dikdasmen dalam Sukmara, 2007:174).
Dalam sistem berkelanjutan, seluruh indikator dibuat soalnya, kemudian hasilnya
dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dikuasai dan yang belum
dikuasai, serta kesulitan-kesulitan yang dialami siswa. Hasil analisis ujian
digunakan untuk menentukan tindakan perbaikan berupa program remedial. Apabila
sebagian besar siswa belum menguasai suatu kompetensi dasar, maka dilakukan
lagi proses pembelajaran, sedang yang telah menguasai kompetensi dasar tertentu
diberi tugas untuk pengayaan.
Menurut Sukmara (2007 : 175) sistem
penilaian berkelanjutan, dicirikan dengan adanya tindak lanjut dari hasil
pengujian, yakni :
a.       Remedial, diperuntukan siswa yang belum mencapai batas ketuntasan minimal
b.      Pengayaan, untuk siswa yang telah mencapai ketuntasan minimal.
c.       Percepatan, yakni bagi siswa yang telah mencapai ketuntasan maksimum.

Demikian juga, evaluasi sebagai
salah satu komponen proses kegiatan belajar mengajar dalam kurikulum merupakan
umpan balik dalam kegiatan belajar mengajar, salah satu fungsi evaluasi
dipergunakan untuk pelaksanaan program pengajaran remedial bila tujuan program
pengajaran tidak tercapai.
Dengan melihat uraian di atas maka
pengajaran remedial atau remedial teaching memegang peranan,
khususnya dalam rangka mencapai hasil belajar yang optimal. Pengajaran remedial
merupakan pelengkap dari proses pengajaran secara keseluruhan dan merupakan
bagian program yang tak terpisahkan dari program pembelajaran. Oleh karena itu,
menurut Ahmadi & Supriyono (2004:150), pengajaran remedial perlu dikuasai
setidak-tidaknya dikenal oleh guru mata pelajaran maupun guru BK di setiap
satuan pendidikan.