Selasa, 16 Oktober 2012

TRILOGI PROFESI KONSELOR


BAB I
PENDAHULUAN

A.          LATAR BELAKANG
Adapun latar belakang penulisan makalah ini adalah yakni membahas tentang masalah yang diawali dengan pengertian trilogi profesi pendidik, dan kemudian dilanjutkan  dengan pembahasan mengenai profesi konselor yang mencakup trilogi profesi dalam bidang pendidikan konseling,, yang mana hal tersebut merupakan bagian dari porfesi konselor yang memang harus dimiliki oleh seorang konselor yang profesional.
B.          RUMUSAN MASALAH
1.      Apa itu trilogi profesi pendidik ?
2.      Mencakup hal–hal apa sajakah trilogi profesi dalam bidang pendidikan konselor ?
C.          TUJUAN PENULISAN
Adapun dari penulisan makalah ini adalah agar kita memahami bahwa Konselor adalah Tenaga ahli/ profesional yang bekerja diantara dua bidang pendidikan dan psikologi ,dan seorang konselor harus memiliki kepribadian yang baik, agar seorang konselor  mau menceritakan keluh kesah apa yang ada pada dirinya. Serta agar kita yang nantinya insyaallah akan menjadi calon konselor sekolah  setidaknya mengetahui sedikit hal-hal apa saja yang mencakup tentang profesi konselor yakni: trilogi profesi dalam bidang pendidikan konseling.






BAB II
PEMBAHASAN

A.          TRILOGI PROFESI PENDIDIK

Praktik Profesi
 





                   Dasar Keilmuan                             Substansi Profesi
                            
Untuk menjadi profesional, profesional dalam bidang apapun, seseorang harus menguasai dan memenuhi ketiga komponen trilogi profesi, yaitu (1) komponen dasar keilmuan, (2) komponen substansi profesi, dan (3) komponen praktik profesi sebagaimana gambar di atas.
Komponen dasar keilmuan memberikan landasan bagi calon tenaga profesional dalam wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap berkenaan dengan profesi yang dimaksud. Komponen substansi profesi membekali calon profesional apa yang menjadi fokus dan objek praktis spesifik pekerjaan profesionalnya. Komponen praktik mengarahkan calon tenaga profesional untuk menyelenggarakan praktik profesinya itu kepada sasaran pelayanan atau pelanggan secara tepat dan berdaya guna. Penguasaan dan penyelenggaraan trilogi profesi secara mantap merupakan jaminan bagi suksesnya penampilan profesi tersebut demi kebahagiaan sasaran pelayanan. Penguasaan ketiga komponen profesi tersebut diperoleh di dalam program pendidikan profesi dan pendidikan akademik yang mendasarinya.
Konselor, sebagai pendidik yang terdapat pada  (UU No.20 Tahun 2003 Pasal 1 Butir 6) , sebagai tenaga professional dituntut untuk menguasai dan memenuhi trilogi profesi dalam bidang pendidikan, khususnya bidang konseling, yaitu
• Komponen Dasar Keilmuan : Ilmu Pendidikan
Komponen Substansi Profesi : Proses pembelajaran terhadap pengembangan diri/ pribadi individu melalui modus pelayanan konseling.
• Komponen Praktik Profesi : Penyelenggaraan proses pembelajaran terhadap      sasaran pelayanan melalui modus pelayanan konseling.
B.          Komponen  Profesi Konselor
1.      Ilmu Pendidikaan
Konselor diwajibkan menguasai ilmu pendidikan sebagai dasar dari keseluruhan kinerja profesionalnya dalam bidang pelayanan konseling, karena konselor digolongkan ke dalam kualifikasi pendidik; dan oleh karenanya pula kualifikasi akademik seorang konselor pertama-tama adalah Sarjana Pendidikan. Atas dasar keilmuan inilah konselor akan menguasai dengan baik kaidah-kaidah keilmuan pendidikan sebagai dasar dalam memahami peserta didik (sebagai sasaran pelayanan konseling) dan memahami seluk beluk proses pembelajaran yang akan dijalani peserta didik melalui modus pelayanan konseling. Dalam hal ini proses konseling tidak lain adalah proses pembelajaran yang dijalani oleh sasaran layanan bersama konselornya. Dalam arti yang demikian pulalah, konselor sebagai pendidik diberi label juga sebagai agen pembelajaran.
2.      Substansi Profesi Konseling
Di atas kaidah-kaidah ilmu pendidikan itu konselor membangun substansi profesi konseling yang meliputi objek praktis spesifik profesi konseling, pendekatan, dan teknologi pelayanan, pengelolaan dan evaluasi, serta kaidah-kaidah pendukung yang diambil dari bidang keilmuan lain. Semua subtansi tersebut menjadi isi dan sekaligus fokus pelayanan konseling. Secara keseluruhan substansi tersebut sebagai modus pelayanan konseling.
Objek praktis spesifik yang menjadi fokus pelayanan konseling adalah kehidupan efektif sehari-hari (KES). Dalam hal ini, sasaran pelayanan konseling
adalah kondisi KES yang dikehendaki untuk dikembangkan dan kondisi kehidupan efektif sehari-hari yang terganggu (KES-T). Dengan demikian, pelayanan konseling pada dasarnya adalah upaya pelayanan dalam pengembangan KES dan penanganan KES-T.
Berkenaan dengan pendekatan dan teknologi, pengelolaan dan evaluasi pelayan konseling, konselor wajib menguasai berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukungnya dengan landasan teori, acuan praksis, standar prosedur operasional (SPO), serta implementasinya dalam praktik konseling. Pendekatan dan teknologi, pengelolaan dan evaluasi pelayanan itu perlu didukung oleh kaidah-kaidah keilmuan dan teknologi seperti psikologi, sosiologi, teknologi- informasi-komunikasi sebagai “alat” untuk lebih menepatgunakan dan mendayagunakan pelayanan konseling.
3.      Praktik Pelayanan Konseling
Praktik pelayanan konseling terhadap sasaran pelayanan merupakan puncak dari keberadaan bidang konseling pada setting tertentu. Mutu pelayanan konseling diukur dari penampilan praktik pelayanan oleh konselor terhadap sasaran pelayanan. Pada setting satuan pendidikan misalnya, mutu kinerja konselor di sekolah/ madrasah dihitung dari penampilannya dalam praktik pelayanan konseling terhadap siswa yang menjadi tanggung jawabnya.


BAB III
PENUTUP

A.          KESIMPULAN
Istilah profesi memang selalu menyangkut pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan dapat disebut profesi. Profesi adalah suatu  jabatan  atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari petugasnya. Artinya pekerjaan yang di sebut profesi itu tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus terlebih dahulu untuk melekukan pekerjaan itu. Sedangkan Profesional menunjuk pada dua hal, yaitu: Pertama, orang yang menyandang suatu profesi, misalnya sebutan dia seorang “profesional”. Kedua, penampilan seorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. Dalam pengertian kedua ini, istilah profesional sering di pertentangkan dengan istilah non-profesional atau amatiran.
Untuk menjadi profesional, profesional dalam bidang apapun, seseorang harus menguasai dan memenuhi ketiga komponen trilogi profesi, yaitu (1) komponen dasar keilmuan, memberikan landasan bagi calon tenaga profesional dalam wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap berkenaan dengan profesi yang dimaksud. (2) komponen substansi profesi, membekali calon profesional apa yang menjadi fokus dan objek praktis spesifik pekerjaan profesionalnya dan (3) komponen praktik profesi, mengarahkan calon tenaga profesional untuk menyelenggarakan praktik profesinya itu kepada sasaran pelayanan atau pelanggan secara tepat dan berdaya guna.
B.          SARAN
Dalam pembuatan makalah ini tentunya masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari  para pembaca makalah ini, agar menjadikan makalah ini menuju kesempurnaan.



DAFTAR PUSTAKA
·         Prayitno. (1987). Profesionalisasi Konseling dan Pendidikan Konselor. Jakarta: P2LPTK Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Depdikbud.
·         www.konselingindonesia.com/2008, 02 Oktober 2012 

Untari Puji Astuti

statistika


1.       Jelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian kuantitatif!
Jawab :
Langkah-langkah yang harus dilakukan peneliti dalam melakukan penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut:
a.     Menentukan latar belakang masalah
Latar belakang masalah memuat hal-hal yang melatarbelakangi  dilakukannya penyelidikan, apa hal yang menarik untuk melakukan penyelidikan biasanya kerana adanya kesenjangan antara kesenjangan antara yang seharusnya dan kenyataan. Dalam bahagian ini dimuat deskripsi singkat wilayah penyelidikan dan juga jika diperlukan hasil penyelidikan penyelidik sebelumnya.
b.     Identifikasi, Pemilihan, Sumber  dan Perumusan Masalah
Ø  Identifikasi Masalah
Masalah penyelidikan dapat diidentifikasi sebagai adanya kesenjangan antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, adanya kesenjangan informasi atau teori dan sebagainya.
Ø  Pemilihan Masalah
-    Mempunyai nilai penyelidikan (asli penting dan dapat diuji)
-    Feasible/dapat dilaksanakan (waktu dan kondisi)
-    Sesuai dengan kualifikasi penyelidik
-    Menghubungkan dua pembolehubahan atau lebih
Ø  Sumber Masalah
Bacaan, seminar, diskusi, pengamatan, pengalaman, hasil penyelidikan terdahulu, dan lain-lain.
Ø  Perumusan Masalah 
-    Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya
-    Jelas dan padat
-   Dapat menjadi dasar dalam merumusan hipotesis dan judul penyelidikan
Selain itu terdapat kriteria yang dapat dipakai sebagai pegangan untuk merumuskan masalah, iaitu sebagai berikut :
-         Masalah yang dirumuskan harus mampu menggambarkan penguraian tentang gejala-gejala yang dimilikinya dan bagaimana kaitan antara gejala satu dengan gejala lainnya.
-         Masalah harus dirumuskan secara jelas
-         Masalah yang baik hendaknya dapat memancing pembuktian lebih lanjut secara empirikal.

c.      Perumusan Tujuan dan Manfaat Penyelidikan
Ø  Tujuan penyelidikan adalah suatu pernyataan tentang apa yang akan kita cari/ capai dari masalah penyelidikan.
Ø  Manfaat penyelidikan mencakup manfaat teoritis dan praktis
d.     Kajian Pustaka
Ø  Manfaat kajian Pustaka
Ø  Untuk memperdalam  pengetahuan tentang masalah yang dikaji
Ø  Menyusun kerangka teori yang menjadi kerangka pemikiran
Ø  Untuk menajamkan konsep yang digunakan sehingga memudahkan perumusan hipotesis
Ø  Untuk menghindari terjadinya pengulangan penyelidikan
e.     Pembentukan Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan landasan pemikiran yang membantu arah penyelidikan, pemilihan konsep, perumusan hipotesis dan memberi kerangka orientasi untuk klasifikasi dan analisis data.
f.       Perumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban (kesimpulan awal) terhadap masalah penyelidikan yang secara  teori dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Hipotesis merupakan kristalisasi dari kesimpulan teoritik yang diperoleh dari kajian pustaka.
g.     Validiti/kesahan dan Reliabiliti/kesahihan Instrumen
h.     Penetapan Kaedah Penyelidikan
i.        Pembuatan Rekabentuk Penyelidikan
j.       Pengumpulan Data
k.     Pengolahan, Analisis dan Interpretasi Hasil Penyelidikan
l.        Menyusun Laporan Penyelidikan

2.       Apakah yang disebut dengan generalisasi?
Jawab :   Generalisasi adalah suatu penarikan kesimpulan berdasarkan data yang telah disajikan.
Apakah generalisasi selalu benar? Jelaskan!
Jawab:    Tidak, karena suatu generalisasi hanya berdasarkan opini atau pendapat sehingga belum tentu penarikan kesimpulan yang didapat tercatat semua. Dan juga ada kalanya data yang kita terima dapat berubah-ubah, sehingga data tidak selalu benar dan bersifat sementara.

3.       Apakah dalam suatu penelitian yang menggunakan sampel kesalahan generalisasi dapat diketahui? Jelaskan alasannya!
Jawab :   Suatu  penelitian yang menggunakan sampel kesalahan generalisasi bisa juga diketahui. Misalnya pendataan jumlah penduduk Bumiayu dalam satu kecamatan terdapat 2.000.000 penduduk. Jumlah penduduk yang memiliki kulkas tercatat 35% dari 2.000.000 penduduk atau sama dengan 700.000 penduduk. Dan sisanya yang tidak memiliki kulkas 65% atau 1.300.000 penduduk. Jadi 700.000 penduduk yang memiliki kulkas disebut ruang sampel sedangkan 1.300.000 sisanya disebut populasi.

4.       Jenis statistika apakah yang digunakan dalam sensus penduduk?
Jawab :   Dalam sensus penduduk untuk mempermudah mengetahui kenaikan atau penurunan jumlah penduduk dari data sebelumnya biasanya jenis data statistik yang digunakan adalah diagram batang dan grafik.
                 Contoh diagram batang mengenai jumlah penduduk kota Banten dari tahun 2000 – 2008.

 

5.       Berikan contoh skala nominal, ordinal, interval dan rasio masing-masing 5 contoh.
Jawab :
a.     Skala Nominal
Skala nominal adalah skala pengukuran yang hanya menunjukan perbedaan tanpa jarak yang jelas.
Contohnya :
Ø Islam = 5 ; Hindu = 2; Kristen = 4; Budha = 1; Katolik = 3.
Ø Herbivora = 1; Karnivora = 2; Omnivora = 3.
Ø Berdarah dingin = 1; Berdarah panas = 2.
Ø Lurus = 1; Bergelombang = 2; Ikel = 3.
Ø Tinggi = 1; Pendek 2
b.     Skala Ordinal
Skala ordinal adalah skala pengukuran yang disamping menunjukan perbedaan juga menunjukan jenjang/tingkatan tetapi jarak atar skala/jenjang/skala yang tak sama. Bisa juga dalam bentuk kategori dan memiliki peringkat.
Contohnya :
Ø Tingkat kecerdikan
-         Manusia      = 10                         -      Tikus       = 4                     
-         Kancil           = 8                           -      Kelinci    = 3                     
-         Kera              = 7                           -      Semut    = 1
Ø Merk Laptop                 Ranking
Appale                            : 1
Tosiba                             : 2
Accer                              : 3
Ø Merk Minuman           Ranking
Aqua                               : 1
Adi                                   : 2
Dafa                                : 3
Ø Merk Hp                        Rangking
Blackbary          : 1
Nokia                  : 2
Samsung                        : 3
Motorola           : 4
Ø Struktus Organisasi
Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara, Seksi-seksi.
c.      Skala Interval
Skala interval adalah skala yang mempunyai jarak jika dibandingkan dengan jarak lain sedangkan itu diketahui dengan pasti.
Contohnya :
Ø Jarak Semarang – Magelang 70km, sedangkan Semarang – Jogja 101km, maka selisih Magelang – Jogja yaitu 31km.
Ø Pemandian air panas Buaran Rp. 2.500,- sedangkan pemandian air panas Paku Jati Rp. 2.000,-. Maka selisih biaya kedua pemandian tersebut adalah Rp. 5.000,-.
Ø SMPN 1 Bumiayu sudah terakreditasi dengan standar Internasional dengan gedung yang megah dan fasilitas yang memadai sehingga proses belajar berjalan efektif dan efisien. Sedangkan di MTS An-Nuriyah masih swasta dengan standar Nasional dengan fasilitas yang terbatas sehingga proses belajar kurang berjalan efektif dan efisien.
Ø Nilai IP Ani 3,75, sedangkan IP Sholeh 3,35, maka selisih IP mereka 0,40.
Ø Agus berlari 100m dalam waktu 3menit 45detik, sedang Ihsan berlari 100m dalam waktu 5menit. Maka selisih waktu yang mereka tempuh adalah 1menit 15detik.
d.     Skala Rasio
Skala rasio merupakan skala perbandingan. Contohnya :
Ø Berat badan Pak Karto 70 kg, sedangkan Andi 35 kg. Jadi berat badang Andi setengah dari berat badan Pak Karto.
Ø Pembayaran air bulan Agustus lalu Rp 10.000,- sedangkan bulan ini naik menjadi Rp 30.000. Jadi pembayaran air bulan ini naik tiga kali lipat dari bulan sebelumnya.
Ø Toko Pak Amin menjual roti pisang dengan harga Rp. 1000,- sedang warung Ibu Ani menjual roti pisang yang sama dengan harga Rp. 1500,-. Jadi Toko Pak Amin menjual roti pisang dengan harga yang lebih murah dibanding warung Ibu Ani.
Ø Usia Pak Amir 58 tahun sedangkan umur Pak Mahmud 65 tahun. Jadi usia Pak Amir lebih muda di bandingkan usia Pak Mahmud.
Ø Jumlah penjualan kemarin mendapat keuntungan Rp. 100.000,- sedangkan jumlah penjualan hari ini mendapat keuntungan Rp. 150.000,-
Jadi keuntungan hari ini lebih banyak di bandingkan kemarin.
Untari Puji Astuti