PANCASILA
SEBAGAI
IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA
IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA

Istilah ideologi berasal dari kata idea
yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita dan logos yang
berarti ilmu. Jadi secara harafiah ideologi berarti ilmu tentang pengertian
dasar, ide atau cita-cita. Cita-cita yang dimaksudkan adalah cita-cita yang
tetap sifatnya dan harus dapat dicapai sehingga cita-cita itu sekaligus
merupakan dasar, pandangan, paham.
Ideologi
yang semula berarti gagasan, ide, cita-cita itu berkembang menjadi suatu paham
mengenai seperangkat nilai atau pemikiran yang oleh seseorang atau sekelompok
orang menjadi suatu pegangan hidup.

§ A.S. Hornby mengatakan bahwa ideologi adalah
seperangkat gagasan yang membentuk landasan teori ekonomi dan politik atau yang
dipegangi oleh seorang atau sekelompok orang.
§ Soerjono Soekanto menyatakan bahwa secara umum
ideologi sebagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh
dan sistematis, yang menyangkut bidang politik, sosial, kebudayaan, dan agama.
§ Gunawan Setiardja merumuskan ideologi sebagai
seperangkat ide asasi tentang manusia dan seluruh realitas yang dijadikan
pedoman dan cita-cita hidup.
§ Frans Magnis Suseno mengatakan bahwa ideologi sebagai
suatu sistem pemikiran yang dapat dibedakan menjadi ideologi tertutup dan
ideologi terbuka.
§ Ideologi tertutup, merupakan suatu sistem pemikiran
tertutup. Ciri-cirinya: merupakan cita-cita suatu kelompok orang untuk mengubah
dan memperbarui masyarakat; atas nama ideologi dibenarkan
pengorbanan-pengorbanan yang dibebankan kepada masyarakat; isinya bukan hanya
nilai-nilai dan cita-cita tertentu, melainkan terdiri dari tuntutan-tuntutan
konkret dan operasional yang keras, yang diajukan dengan mutlak.
§ Ideologi terbuka, merupakan suatu pemikiran yang
terbuka. Ciri-cirinya: bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dapat
dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari moral, budaya
masyarakat itu sendiri; dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang,
melainkan hasil musyawarah dari konsensus masyarakat tersebut; nilai-nilai itu
sifatnya dasar, secara garis besar saja sehingga tidak langsung operasional.




Ada tiga dimensi sifat ideologi, yaitu dimensi
realitas, dimensi idealisme, dan dimensi fleksibilitas.
- Dimensi Realitas: nilai yang terkandung dalam dirinya, bersumber dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, terutama pada waktu ideologi itu lahir, sehingga mereka betul-betul merasakan dan menghayati bahwa nilai-nilai dasar itu adalah milik mereka bersama. Pancasila mengandung sifat dimensi realitas ini dalam dirinya.
- Dimensi idealisme: ideologi itu mengandung cita-cita yang ingin diicapai dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila bukan saja memenuhi dimensi idealisme ini tetapi juga berkaitan dengan dimensi realitas.
- Dimensi fleksibilitas: ideologi itu memberikan penyegaran, memelihara dan memperkuat relevansinya dari waktu ke waktu sehingga bebrsifat dinamis, demokrastis. Pancasila memiliki dimensi fleksibilitas karena memelihara, memperkuat relevansinya dari masa ke masa.

o
Kenyataan
dalam proses pembangunan nasional dan dinamika masyarakat yang berkembang
secara cepat.
o
Kenyataan
menujukkan bahwa bangkrutnya ideologi yang tertutup danbeku cendnerung
meredupkan perkembangan dirinya.
o
Pengalaman
sejarah politik masa lampau.
o
Tekad
untuk memperkokoh kesadaran akan nilai-nilai dasar Pancasila yang bersifat
abadi dan hasrat mengembangkan secara kreatif dan dinamis dalam rangka mencapai
tujuan nasional.

·
Stabilitas
nasional yang dinamis
·
Larangan
terhadap ideologi marxisme, leninnisme dan komunisme
·
Mencegah
berkembangnya paham liberalisme
·
Larangan
terhadap pandangan ekstrim yang menggelisahkan kehidupan bermasyarakat
·
Penciptaan
norma-norma baru harus melalui konsensus.
Makna Pancasila sebagai Ideologi Bangsa


Idiologi
sebagai acuan bersama







Macam-Macam
Idiologi
1. Idiologi
dalam arti penuh : Kebenaran
yang diterima secara mutlak (tertutup)




2.Idiologi
Terbuka : Diangkat dari apa yang dimiliki masyarakat, dirumuskan berdasarkan
nilai-nilai yang dimiliki, bersifat tidak memaksa.
3. Idiologi
Implisit : Berupa keyakinan-keyakinan yang hidup/ada dalam masyarakat.Biasanya
tidak dirumuskan, secara implisit mempengaruhi gaya hidup, pikiran,
perasaan/perilaku beragama dan bermasyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar